10 Penyebab Kenapa Game Tradisional Jarang Dimainkan dan Ditinggalkan

Moh. Imam Baidowi
By Moh. Imam Baidowi - Moh. Imam Baidowi
19 Min Read
19 Min Read
dice, game, pawn

CokroNesia – Game tradisional atau permainan tradisional merupakan sebuah permainan yang memiliki banyak sekali pembelajaran.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, game tradisional sudah banyak ditinggalkan dan tidak lagi dimainkan.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kenapa game tradisional atau permainan tradisional sudah jarang dimainkan lagi.

Berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan game tradisional banyak ditinggalkan, antara lain:

Peningkatan Popularitas Game Digital

Dalam beberapa dekade terakhir, game digital telah mengalami lonjakan popularitas yang signifikan.

Perangkat teknologi seperti komputer, konsol game, dan smartphone telah menjadi semakin canggih, menawarkan pengalaman bermain yang jauh lebih interaktif dan menantang dibandingkan dengan permainan tradisional.

Hal ini membuat anak-anak dan remaja lebih tertarik untuk menghabiskan waktu mereka dengan game digital.

Game digital kini menawarkan grafis yang memukau dan realistis, yang mendekati dunia nyata.

Teknologi seperti VR (Virtual Reality) dan AR (Augmented Reality) telah mengubah cara kita berinteraksi dengan permainan.

Selain itu, fitur online yang ada pada sebagian besar game digital memungkinkan pemain untuk terhubung dengan teman-teman mereka dari seluruh dunia.

Fitur multiplayer ini sering kali menjadi daya tarik utama karena memberikan pengalaman sosial yang lebih kaya.

Keberagaman genre dalam game digital juga merupakan faktor penting yang mendukung popularitasnya.

Dari petualangan, olahraga, strategi, hingga simulasi kehidupan, semua tersedia dalam bentuk digital.

Game-game ini tidak hanya menawarkan tantangan yang konstan namun juga memberikan kesempatan bagi pemain untuk mengembangkan keterampilan tertentu, seperti pemecahan masalah, koordinasi tangan-mata, dan kemampuan strategis.

Selain itu, aksesibilitas yang ditawarkan oleh perangkat mobile membuat game digital semakin merajai.

Dengan hanya memiliki smartphone, seseorang bisa mengakses ribuan game berkualitas tinggi kapan saja dan di mana saja.

Aplikasi store seperti Google Play dan Apple App Store menyajikan beragam pilihan game yang bisa diunduh secara gratis maupun berbayar, memberikan berbagai opsi kepada pengguna dari berbagai kalangan.

Kombinasi dari semua faktor ini membuat game digital menjadi pilihan utama bagi banyak orang, terutama generasi muda.

Hal ini menyebabkan penurunan minat terhadap game tradisional, yang dianggap kurang menarik karena terbatas dalam grafis, interaktivitas, dan konektivitas sosial.

Kurangnya Pemahaman tentang Game Tradisional

Penurunan minat bermain game tradisional di kalangan anak muda dapat dikaitkan dengan kurangnya pemahaman tentang permainan tersebut.

Ketidakpahaman ini berakar dari minimnya paparan dan pendidikan mengenai game-game tradisional.

Banyak orang tua dan lembaga pendidikan tidak lagi memperkenalkan atau mengajarkan permainan ini kepada anak-anak.

Akibatnya, generasi muda tidak memiliki kesempatan untuk mengenal dan mencoba permainan tradisional, yang pada gilirannya mengurangi ketertarikan mereka.

Game tradisional seringkali dianggap ketinggalan zaman atau tidak sepopuler permainan modern.

Padahal, permainan seperti congklak, gobak sodor, dan lompat tali memiliki nilai edukatif dan mengajarkan keterampilan sosial yang berharga.

Namun, tidak adanya usaha sistematis untuk memasukkan game tradisional dalam kurikulum pendidikan atau kegiatan ekstrakurikuler menyebabkan anak-anak lebih akrab dengan video game atau permainan digital.

Pendekatan pendidikan yang lebih mendalam dan berimbang dapat membantu memulihkan minat terhadap game tradisional.

Mengintegrasikan game tradisional ke dalam aktivitas sekolah dapat menjadi salah satu langkah efektif.

Misalnya, guru dapat mengadakan sesi bermain game tradisional saat pelajaran olahraga atau mengadakan lomba game tradisional untuk memperkenalkan berbagai jenis permainan tersebut.

Selain itu, peran orang tua juga sangat penting. Dengan mengenalkan anak-anak pada game tradisional sejak dini, orang tua tidak hanya dapat memperkaya pengalaman bermain anak, tetapi juga memupuk kecintaan terhadap warisan budaya.

Misalnya, orang tua dapat mengatur waktu khusus untuk bermain game tradisional bersama anak-anak di rumah atau mengajak mereka mengikuti festival permainan tradisional yang kerap diadakan di beberapa daerah.

Oleh karena itu, edukasi dan paparan yang lebih luas mengenai game tradisional harus menjadi prioritas untuk memastikan bahwa permainan bersejarah ini tetap dikenal dan dicintai oleh generasi muda.

Inisiatif ini tidak hanya akan melestarikan budaya, tetapi juga menghidupkan kembali kegembiraan dan nilai dari game-game tradisional.

Perubahan Gaya Hidup

Dalam era modern ini, gaya hidup mengalami perubahan signifikan, termasuk bagi anak-anak dan remaja.

Dengan jadwal yang penuh oleh kegiatan sekolah, les privat, dan berbagai aktivitas ekstra lainnya, mereka memiliki sedikit waktu luang untuk bermain di luar rumah.

Waktu yang mereka miliki seringkali tidak cukup untuk menikmati aktivitas fisik seperti game tradisional.

Game tradisional yang membutuhkan lebih banyak waktu dan persiapan, mulai tertinggal oleh cara hidup yang semakin cepat dan praktis.

Di sisi lain, game digital menawarkan kemudahan dan fleksibilitas yang lebih besar.

Anak-anak dan remaja dapat memainkannya kapan saja dan di mana saja. Hanya dengan perangkat elektronik seperti smartphone atau tablet, mereka bisa langsung menikmati berbagai macam game digital yang tersedia.

Tidak hanya itu, game digital juga sering kali lebih menarik perhatian dengan grafis dan gameplay yang terus berevolusi. Praktisnya, game digital ini cocok dengan gaya hidup yang penuh kesibukan.

Perubahan inilah yang membuat game tradisional semakin jarang dimainkan. Orang tua pun kadang kala lebih memilih game digital untuk anak-anak mereka, karena dapat mengurangi kekhawatiran tentang keamanan bermain di luar rumah.

Selain itu, game digital seringkali menyediakan fitur pendidikan yang dapat membantu perkembangan kognitif anak-anak.

Menyaring waktu dan aktivitas dengan lebih efisien menjadi prioritas sebagian besar keluarga, sehingga ruang untuk melestarikan game tradisional semakin menyempit.

Kurangnya Ruang Terbuka

Game tradisional sering kali membutuhkan ruang terbuka yang cukup untuk dimainkan dengan leluasa.

Perkembangan era modern dan urbanisasi yang pesat menyebabkan semakin berkurangnya ruang-ruang terbuka di lingkungan perkotaan.

Permukiman dan pusat komersial mendominasi pemandangan kota-kota besar, menggeser lahan-lahan yang tadinya bisa dimanfaatkan untuk aktivitas fisik dan permainan tradisional.

Kondisi ini membuat anak-anak yang tinggal di daerah urban kesulitan menemukan tempat yang cocok untuk bermain game tradisional.

Lahan-lahan yang sebelumnya bisa digunakan untuk permainan kasti, lompat tali, atau gobak sodor kini telah diubah menjadi bangunan tinggi atau area parkir.

Alhasil, anak-anak lebih memilih untuk bermain game digital yang bisa dinikmati di dalam rumah tanpa perlu memikirkan keterbatasan ruang.

Kurangnya ruang terbuka memengaruhi aktivitas fisik anak-anak, yang pada gilirannya dapat berdampak pada kesehatan mereka.

Permainan tradisional umumnya menyediakan aktivitas fisik yang mendukung perkembangan motorik dan sosial anak.

Ketika anak-anak lebih sering terlibat dalam permainan digital yang umumnya bersifat sedentari, kesempatan mereka untuk berinteraksi langsung dengan teman sebaya dan belajar melalui gerakan fisik jadi berkurang.

Penting untuk memperhatikan dampak jangka panjang dari kekurangan ruang terbuka bagi kegiatan permainan tradisional ini.

Selain menyeimbangkan antara kemajuan urbanisasi dengan kebutuhan ruang terbuka, perlu ada kesadaran dari masyarakat dan pemerintah untuk mempertahankan area hijau dan taman kota sebagai ruang bermain publik.

Dengan demikian, anak-anak memiliki lebih banyak pilihan untuk bermain, dan permainan tradisional tidak sepenuhnya hilang dari kebudayaan kita.

Dominasi Kultur Pop

Media dan hiburan modern secara konsisten menyoroti game digital, terutama melalui berbagai platform seperti iklan, film, dan acara TV.

Keberadaan konten digital ini menjadikan game digital sebagai bagian integral dari kultur pop masa kini.

Akibatnya, paparan yang intens terhadap media tersebut berkontribusi pada pandangan umum bahwa bermain game digital lebih keren dan trendy dibandingkan dengan game tradisional.

Dominasi kultur pop dalam kehidupan sehari-hari berperan dalam membentuk persepsi masyarakat, terutama generasi muda, mengenai kesenangan dan hiburan.

Ketika game digital sering muncul di film-film populer atau dimainkan oleh tokoh idola, wajar jika banyak orang lebih tertarik pada game semacam itu.

Hal ini menciptakan suatu siklus di mana game digital mendapatkan lebih banyak perhatian dan dianggap sebagai standar baru dalam bermain, sementara game tradisional terpinggirkan.

Peranan media sosial dan platform berbagi video juga tidak dapat diabaikan. Influencer dan pembuat konten sering kali membuat ulasan tentang game digital terbaru, menyelenggarakan turnamen, atau bahkan melakukan sesi bermain secara langsung dengan audiens mereka.

Aktifitas ini lebih lanjut memperkuat posisi game digital sebagai pusat dari budaya populer di zaman modern.

Ketiadaan representasi yang cukup dari game tradisional dalam medium-media modern ini mempercepat proses dilupakannya game-game tersebut oleh masyarakat luas.

Kultur pop juga menciptakan narasi sosial yang menekankan pada kecepatan dan modernitas.

Game digital sering kali menawarkan pengalaman yang cepat dan intens yang sejalan dengan pola pandangan hidup modern.

Sebaliknya, game tradisional, yang mungkin lebih sederhana dan memerlukan kesabaran, dianggap kuno dan kurang menarik.

Dominasi elemen-elemen modern ini dalam kultur pop berkontribusi langsung pada semakin jarangnya game tradisional dimainkan dalam konteks sosial saat ini.

Hilangnya Tradisi Lisan

Game tradisional sering kali diwariskan melalui cerita dan praktik lisan yang kaya akan nilai-nilai budaya.

Dari generasi ke generasi, pengetahuan tentang game ini disampaikan melalui medium lisan yang mencakup cerita rakyat, legenda, dan penuturan langsung oleh orang tua kepada anak-anak mereka.

Namun, proses pewarisan ini kini semakin langka karena adanya perubahan budaya dan gaya hidup yang modern.

Perubahan sosial, urbanisasi, dan globalisasi telah mempengaruhi struktur keluarga dan komunitas tradisional.

Banyak anak-anak dan remaja yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan teknologi modern seperti televisi, internet, dan video game.

Akibatnya, waktu yang dihabiskan untuk kegiatan keluarga atau komunitas seperti bermain game tradisional semakin berkurang.

Ini berujung pada hilangnya kesempatan bagi generasi muda untuk belajar dan mengenal permainan-permainan tradisional dari para pendahulu mereka.

Selain itu, aktivitas berbahasa dan bercerita di rumah juga turut mengalami penurunan. Kesibukan orang tua dan pekerjaan rumah tangga yang dinamis membuat banyak keluarga tidak lagi mempertahankan kebiasaan berkumpul untuk bercerita atau bermain bersama.

Hal ini menyebabkan penurunan dalam transmisi lisan yang dulunya menjadi jembatan pengetahuan budaya dan permainan tradisional.

Akibat langsung dari hilangnya tradisi lisan ini adalah banyak game tradisional yang tidak lagi dikenal, apalagi dimainkan.

Generasi muda kehilangan akses ke sumber pengetahuan tersebut, sehingga game-game tersebut lambat laun menghilang dari ingatan kolektif.

Tanpa peletakan dasar yang kuat dari tradisi lisan, permainan tradisional tidak akan bisa bertahan menghadapi perubahan zaman.

Perubahan dalam Pola Interaksi Sosial

Teknologi telah membawa perubahan drastis dalam pola interaksi sosial, terutama bagi anak-anak dan remaja.

Di era digital ini, interaksi sosial tidak lagi terbatas pada pertemuan langsung tetapi telah berkembang ke ranah online.

Media sosial dan platform game digital kini menjadi sarana utama di mana generasi muda berkomunikasi dan berinteraksi.

Fenomena ini mempengaruhi bagaimana mereka menghabiskan waktu luang dan membentuk hubungan dengan teman-teman sebaya.

Sebelum adanya revolusi digital, game tradisional seperti ‘kelereng’, ‘layang-layang’, dan ‘petak umpet’ sering dimainkan secara langsung dan melibatkan interaksi fisik yang intensif.

Anak-anak berkumpul di halaman rumah atau lapangan untuk bermain bersama, membangun keterampilan sosial yang vital dalam prosesnya.

Kini, game digital yang bisa dimainkan dari jarak jauh bergantian peran dari aktivitas kolektif berbasis tempat.

Hal ini membuat game tradisional menjadi kurang relevan bagi generasi yang lebih terbiasa dengan komunikasi digital.

Selain itu, kemudahan akses ke teknologi dan internet membuat anak-anak lebih memilih untuk bermain game online di rumah daripada keluar dan berinteraksi langsung dengan teman-teman.

Platform seperti PlayStation, Xbox, dan permainan di ponsel pintar menawarkan dunia permainan yang luas dengan grafis, suara, dan narasi yang memikat, yang kadang sulit ditandingi oleh game tradisional.

Akibatnya, ketergantungan pada teknologi ini secara langsung mengurangi frekuensi anak-anak bermain game yang memerlukan kontak fisik.

Dengan pergeseran ini, keterampilan sosial yang berkembang melalui permainan tradisional juga berkurang.

Anak-anak dan remaja lebih jarang terlibat dalam interaksi tatap muka yang mendukung pengembangan emosional dan sosial.

Teknologi digital memang menawarkan berbagai keuntungan, tetapi juga membawa tantangan dalam melestarikan interaksi sosial yang sehat dan seimbang, termasuk keberlangsungan game tradisional dalam kehidupan sehari-hari.

Kendala Ekonomi

Beberapa game tradisional memerlukan peralatan khusus yang mungkin sulit ditemukan atau dianggap mahal oleh beberapa keluarga.

Misalnya, permainan engklek memerlukan bidang yang dilapisi kapur yang tahan lama untuk gambar pola permainan, sementara layang-layang membutuhkan material yang baik agar mampu terbang dengan sempurna.

Material-material ini, untuk sebagian orang, mungkin tidak mudah didapatkan atau dianggap menyita biaya ekstra.

Di sisi lain, game digital sering kali lebih terjangkau dan dapat diakses dengan mudah menggunakan perangkat yang sudah dimiliki di rumah, seperti smartphone, tablet, atau komputer.

Banyak game digital yang dapat diunduh secara gratis atau dengan biaya yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan pengadaan peralatan fisik untuk game tradisional.

Kepraktisan ini juga dilengkapi dengan akses langsung ke berbagai jenis game melalui internet, yang memungkinkan anak-anak untuk bermain tanpa perlu alat khusus atau banyak persiapan.

Kendala ekonomi ini membuat beberapa orang tua lebih memilih untuk tidak memperkenalkan game tradisional kepada anak-anak mereka.

Dalam banyak kasus, orang tua lebih memilih memanfaatkan fasilitas yang sudah ada di rumah untuk mengurangi pengeluaran tambahan.

Hal ini juga disebabkan oleh semakin tingginya biaya hidup dan prioritas pengeluaran yang harus diatur dengan bijak. Oleh karena itu, permainan tradisional semakin terpinggirkan dalam keseharian anak-anak.

Pengaruh Globalisasi

Globalisasi telah membawa banyak perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di bidang hiburan dan permainan.

Dengan adanya globalisasi, banyak budaya dan hiburan baru dari luar negeri yang masuk dan menjadi pilihan menarik, terutama bagi anak-anak dan remaja.

Pengaruh dari budaya asing ini, terutama yang berasal dari negara-negara maju dalam teknologi game, telah menyebabkan pergeseran minat dari permainan tradisional lokal ke permainan digital yang lebih modern dan menarik.

Anak-anak zaman sekarang lebih cenderung tertarik pada game populer dari luar negeri. Permainan tradisional seperti congklak, bentengan, atau gasing, yang dahulu sangat populer, kini jarang diminati.

Hal ini dikarenakan anak-anak lebih memilih permainan digital yang menawarkan grafis canggih, cerita menarik, dan interaksi sosial melalui internet.

Permainan ini tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan pengalaman berbeda yang sulit didapatkan dari permainan tradisional.

Selain itu, media sosial dan platform streaming video juga memperkuat pengaruh globalisasi terhadap pilihan hiburan anak-anak.

Mereka lebih sering menonton video game review, gameplay, dan tutorial dari influencer luar negeri, yang membuat mereka semakin tertarik untuk mencoba game-game baru tersebut.

Paparan ini secara tidak langsung menggeser minat mereka dari permainan tradisional ke game digital.

Dengan teknologi internet yang semakin mudah diakses, informasi tentang game terbaru dan budaya populer global cepat menyebar.

Hal ini semakin memperkuat pengaruh globalisasi dan mengarahkan minat anak-anak pada game modern daripada permainan tradisional.

Sebagai akibatnya, banyak game tradisional yang mulai terlupakan dan jarang dimainkan.

Kurangnya Promosi dan Dokumentasi

Salah satu penyebab utama kenapa game tradisional jarang dimainkan adalah kurangnya promosi dan dokumentasi.

Game tradisional sering kali tidak mendapatkan perhatian yang cukup dari segi dokumentasi sejarah dan promosi, berbanding terbalik dengan game modern yang sering kali didukung oleh kampanye pemasaran yang intensif dan menarik.

Minimnya upaya untuk mendokumentasikan sejarah dan aturan main dari game tradisional menyebabkan game ini semakin terlupakan oleh generasi baru.

Pemerintah dan lembaga pendidikan memiliki peran penting dalam mendokumentasikan dan mempromosikan game tradisional kepada publik.

Namun, sering kali initiatif dari pihak-pihak ini tidak maksimal. Padahal, dokumentasi yang baik akan membantu dalam pelestarian budaya sekaligus memberikan informasi yang relevan bagi peminat baru.

Selain itu, promosi yang efektif akan menarik minat generasi muda untuk mengenal dan mencoba permainan ini.

Konten online mengenai game tradisional juga masih relatif sedikit. Kebanyakan informasi tersedia hanya dari mulut ke mulut atau melalui pengalaman langsung dari orang tua atau kakek-nenek.

Hal ini membuat game tradisional semakin sulit dikenali dan dimainkan oleh generasi muda yang lebih banyak mengonsumsi informasi digital.

Jika saja ada lebih banyak video, artikel, atau bahkan aplikasi yang mengedukasi masyarakat mengenai game tradisional, kemungkinan besar akan ada peningkatan minat dan partisipasi.

Upaya kolaboratif antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat untuk mendokumentasikan dan mempromosikan game tradisional sangat diperlukan.

Tanpa adanya inisiatif yang kuat di bidang ini, game tradisional akan terus tenggelam oleh arus permainan modern yang semakin mendominasi kehidupan sehari-hari.

Ini tidak hanya akan berdampak pada hilangnya permainan, tetapi juga pada hilangnya sebagian dari warisan budaya kita.

Share This Article