CokroNesia – Doom spending merujuk pada perilaku konsumen yang mengambil langkah untuk melakukan belanja berlebihan sebagai respons terhadap ketidakpastian yang mengganggu kehidupan mereka.
Secara garis besar, doom spending adalah pola perilaku konsumsi yang berlebihan tanpa memikirkan konsekuensi yang akan terjadi dikemudian hari.
Hal ini tentu menjadi hal yang sangat berbahaya karena adanya ketidakpastian dalam ekonominya.
Ketidakpastian ini seringkali bersumber dari kondisi sosial dan ekonomi yang tidak stabil, dengan tekanan dari berbagai arah.
Pada umumnya, perilaku ini terlihat jelas dalam kalangan Generasi Z, generasi yang sangat peka terhadap isu-isu yang berpengaruh pada masa depan mereka.
Dalam konteks ini, istilah “doom spending” mencerminkan upaya individu untuk merasa lebih terkontrol dan berdaya di tengah situasi yang membuat mereka merasa tidak aman.
Generasi Z, yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an, telah tumbuh dalam era ketidakpastian global yang disebabkan oleh sejumlah faktor.
Mulai dari perubahan iklim, konflik politik, hingga dampak ekonomi dari pandemi COVID-19, berbagai isu ini menjadi latar belakang yang mempengaruhi pola pikir dan keputusan keuangan mereka.
Di tengah semua tekanan ini, doom spending sering kali dianggap sebagai cara untuk mendapatkan kepuasan jangka pendek, meskipun pada akhirnya dapat berkontribusi pada masalah keuangan jangka panjang.
Pada umumnya, doom spending ditandai dengan pembelian barang-barang yang mungkin tidak diperlukan, tetapi dianggap dapat menawarkan kenyamanan atau kebahagiaan sejenak.
Proses psikologis di balik perilaku ini menunjukkan bahwa ketika individu merasakan ancaman terhadap stabilitas masa depan mereka, mereka cenderung mencari pelarian melalui konsumsi.
Dalam hal ini, penting untuk memahami bahwa walaupun tindakan ini dapat memberikan rasa tenang, dampaknya terhadap kondisi keuangan jangka panjang tidak boleh diabaikan.
Dengan memahami doom spending, Generasi Z diharapkan dapat mengembangkan strategi pengelolaan keuangan yang lebih baik dan berkelanjutan.
Faktor Penyebab Doom Spending di Generasi Z
Doom spending di kalangan Generasi Z merupakan fenomena yang mencerminkan pola pengeluaran yang tidak sehat, seringkali sebagai respons terhadap berbagai tekanan dan tantangan yang mereka hadapi.
Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap perilaku ini adalah kemunculan media sosial. Generasi Z hidup di dunia yang terhubung secara digital, di mana mereka merasa perlu untuk mempertahankan citra diri yang baik.
Hal ini memicu kecenderungan untuk mengeluarkan uang pada barang-barang dan pengalaman yang dapat meningkatkan status sosial mereka di mata orang lain, bahkan jika itu berarti mengabaikan tanggung jawab keuangan mereka sendiri.
Isu kesehatan mental juga berperan penting dalam fenomena doom spending. Banyak individu dari Generasi Z menghadapi tekanan emosional akibat kondisi seperti kecemasan dan depresi.
Dalam keadaan tersebut, belanja sering menjadi bentuk pelampiasan atau pengobatan sementara yang dianggap dapat membawa kebahagiaan instan.
Sayangnya, pengeluaran yang tidak terkendali ini dapat menyebabkan dampak negatif pada kesehatan keuangan mereka, menciptakan siklus di mana ketidakstabilan emosional diperburuk oleh keputusan keuangan yang buruk.
Selain itu, dampak ekonomi dari peristiwa global, seperti pandemi COVID-19, turut mendorong perilaku doom spending. Ketidakpastian ekonomi dan kehilangan pendapatan menciptakan tekanan tambahan pada Generasi Z.
Dalam menghadapi ketidakpastian ini, beberapa merasa terdorong untuk memanjakan diri dengan belanja, berpandangan bahwa “hidup hanya sekali” dan menghabiskan uang adalah cara untuk menemukan kebahagiaan meskipun situasi finansial mereka berantakan.
Interaksi dari faktor-faktor ini menciptakan lingkaran setan yang semakin memperburuk pandangan mereka terhadap uang dan pengeluaran, sehingga pemahaman tentang sikap dan perilaku keuangan mereka menjadi sangat penting. Dengan analisis yang mendalam, kita bisa lebih menghargai kompleksitas situasi ini.