Apa itu Inflasi dan Deflasi? Berikut Perbedaannya

Moh. Imam Baidowi
By Moh. Imam Baidowi - Moh. Imam Baidowi
17 Min Read
17 Min Read
chart, growth, finance
Photo by Tumisu on Pixabay

CokroNesia – Dalam dunia ekonomi, terdapat dua istilah penting yang sering muncul, yaitu inflasi dan deflasi.

Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan umum dalam harga barang dan jasa, yang mengarah pada penurunan daya beli uang.

Sementara itu, deflasi adalah kebalikan dari inflasi, yakni penurunan umum harga barang dan jasa yang dapat meningkatkan daya beli uang.

Keduanya merupakan fenomena yang memengaruhi perekonomian secara signifikan dan memiliki implikasi yang berbeda bagi individu, bisnis, serta pemerintahan.

Pentingnya memahami inflasi dan deflasi terletak pada dampak yang dapat timbul dari kedua istilah ini terhadap kebijakan ekonomi dan keputusan keuangan.

Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi, di mana masyarakat mendapati harga barang semakin meningkat dalam waktu singkat.

Hal ini dapat mendorong konsumen untuk mempercepat pembelian, sehingga mengakibatkan permintaan meningkat dan harga terus meroket.

Di sisi lain, deflasi sering kali dianggap lebih merugikan, karena dapat mengakibatkan penurunan pengeluaran masyarakat dan menurunnya produktivitas.

Ketika orang menunda pembelian dengan harapan harga akan terus turun, permintaan dapat tertekan, sehingga memicu kerugian bagi produsen dan pekerjaan yang ada bisa terancam.

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, pemahaman mendalam terkait inflasi dan deflasi menjadi sangat krusial.

Pengelolaan yang tepat dari kedua fenomena ini dapat membantu menjaga kestabilan ekonomi.

Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mencermati indikator-indikator ekonomi dan memahami bagaimana kebijakan moneter dan fiskal dapat digunakan untuk menanggulangi dampak negatif dari inflasi dan deflasi, serta menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Pengertian Inflasi

Inflasi adalah fenomena ekonomi yang ditandai dengan kenaikan harga barang dan jasa secara umum dalam periode tertentu.

Kenaikan harga ini tidak terbatas pada satu atau dua produk saja, tetapi mencakup hampir seluruh sektor ekonomi.

Inflasi sering kali diukur melalui berbagai indeks harga, yang paling umum adalah Indeks Harga Konsumen (CPI) dan Indeks Harga Produsen (PPI).

CPI mengukur perubahan harga yang dibayarkan oleh konsumen untuk barang dan jasa, sedangkan PPI mengukur perubahan harga dari perspektif produsen.

Salah satu penyebab utama inflasi adalah permintaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penawaran. Ketika konsumsi masyarakat meningkat dan supply barang dan jasa tidak dapat memenuhi permintaan ini, harga cenderung naik.

Fenomena ini dikenal sebagai inflasi permintaan. Alternatifnya, inflasi juga bisa disebabkan oleh meningkatnya biaya produksi, yang sering kali berujung pada inflasi biaya.

Ketika perusahaan menghadapi biaya yang lebih tinggi untuk bahan baku atau tenaga kerja, mereka mungkin akan menaikkan harga produk mereka untuk menjaga margin keuntungan.

Inflasi yang didorong oleh uang terjadi ketika terdapat peningkatan dalam jumlah uang yang beredar di masyarakat, sering kali sebagai akibat dari kebijakan moneter yang longgar.

Ketika uang beredar dalam jumlah besar, daya beli setiap unit uang akan berkurang, yang pada gilirannya meningkatkan harga barang dan jasa.

Mengukur inflasi sangat penting bagi para pengambil keputusan ekonomi, karena memiliki dampak signifikan terhadap kebijakan moneter, penganggaran pemerintah, dan perilaku konsumen.

Share This Article