CokroNesia – Platform online, dengan jangkauan yang luas dan kemampuan untuk menjangkau jutaan konsumen, telah menjadi kekuatan dominan dalam perdagangan modern. Namun, di balik kemudahan dan efisiensi yang ditawarkan, muncul ancaman baru yang mengancam stabilitas pasar tradisional, yakni “harga mati”.
Fenomena “harga mati” merujuk pada situasi di mana platform online, dengan leverage mereka yang besar, menekan harga produk hingga di bawah harga pokok produksi. Hal ini menyebabkan kerugian bagi para pelaku usaha kecil dan menengah, khususnya mereka yang beroperasi di sektor tradisional.
Oh ya, sebelum membahas “harga mati”, anda berhak mengetahui, jika platform online ini, dengan algoritma canggih dan data analitik yang komprehensif, mampu memetakan perilaku konsumen dan tren pasar dengan presisi tinggi.
Mereka memanfaatkan informasi ini untuk menentukan strategi harga yang optimal, seringkali dengan menawarkan diskon besar-besaran untuk menarik pembeli, tanpa melihat harga pasar yang akan terkapar nantinya.
Bahkan strategi diskon agresif ini, meskipun menguntungkan konsumen dalam jangka pendek, memiliki dampak negatif yang signifikan bagi para pelaku usaha tradisional. Toko kecil, yang tidak memiliki sumber daya yang sama untuk bersaing dalam perang harga, terpaksa mengikuti tren ini, menjual produk mereka dengan harga yang lebih rendah dari biaya produksi.
Bagaimana Nasip Pelaku Usaha Tradisional?
“Harga mati” yang diprakarsai oleh platform online memiliki dampak yang mengerikan bagi para pelaku usaha kecil dan menengah. Mereka terjebak dalam perang harga yang tidak seimbang, yakni mereka dipaksa untuk menjual produk mereka dengan harga yang tidak menguntungkan.
Dalam kategori ini, kita anggap pernyataan dari pedagang tradisional sepert ini, “Saya terpaksa menjual produk saya dengan harga yang lebih rendah dari biaya produksi.”
“Saya tidak bisa bersaing dengan platform online yang menawarkan diskon besar-besaran. Meskipun kualitas produk saya terjamin, saya tidak bisa mendapatkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan usaha saya.” Jika kita mendengar langsung keluhan itu, tentu sangat mengenaskan lalaku usaha tradisional ini, bukan?
Ancaman terhadap Budaya dan Keberlanjutan
Permasalahan “harga mati” bukan hanya soal harga, tetapi juga tentang keberlangsungan usaha dan budaya lokal. Platform online, dengan model bisnis mereka yang agresif, mengancam keberadaan para pelaku usaha tradisional yang telah berjuang selama bertahun-tahun untuk mempertahankan keahlian dan warisan budaya mereka.
Contohnya, industri kerajinan tangan tradisional di Indonesia, yang telah menjadi bagian penting dari identitas budaya bangsa, terancam punah akibat persaingan yang tidak seimbang dengan produk-produk impor yang dijual dengan harga murah di platform online.
Bagaiaman Seharusnya Regulasi, Dukungan, dan Kesadaran Konsumen?
Di tengah situasi ini, muncul pertanyaan: bagaimana kita dapat melindungi pelaku usaha kecil dan menengah dari “harga mati” yang diprakarsai oleh platform online? Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan:
Regulasi yang Adil: Pemerintah perlu membuat regulasi yang adil untuk melindungi pelaku usaha kecil dan menengah dari praktik-praktik yang tidak sehat dari platform online. Regulasi ini dapat mencakup batasan pada diskon, persyaratan transparansi harga, dan mekanisme untuk mencegah persaingan tidak sehat.
Dukungan untuk Pelaku Usaha: Pemerintah dan swasta perlu memberikan dukungan kepada pelaku usaha kecil dan menengah, seperti pelatihan, akses modal, dan pemasaran.
Contohnya, program pelatihan yang dapat membantu para pelaku usaha untuk meningkatkan kualitas produk, mengelola bisnis secara efisien, dan memanfaatkan teknologi digital dengan lebih efektif.
Kemudian, juga memberikan akses modal yang dapat membantu mereka untuk memperkuat modal kerja dan mengembangkan bisnis mereka. Program pemasaran dapat membantu mereka untuk menjangkau konsumen yang lebih luas dan meningkatkan visibilitas produk mereka.
Konsumen yang Cerdas: Konsumen perlu didorong untuk lebih cerdas dalam memilih produk dan mendukung pelaku usaha lokal. Konsumen dapat mempertimbangkan faktor-faktor seperti kualitas produk, asal produk, dan dampak sosial dan ekonomi dari pilihan mereka.
Artinya, mereka dapat memilih untuk membeli produk lokal, meskipun harganya sedikit lebih mahal, untuk mendukung keberlanjutan usaha dan budaya lokal.
Permasalahan “harga mati” ini membutuhkan perhatian serius dari semua pihak. Kita perlu bekerja sama untuk menciptakan ekosistem ekonomi digital yang adil dan berkelanjutan, di mana semua pelaku usaha dapat berkembang dengan sehat. Hal ini dapat dicapai melalui:
Dialog dan Kolaborasi: Pemerintah, pelaku usaha, dan platform online perlu duduk bersama untuk membahas solusi yang adil dan berkelanjutan. Dialog terbuka dan kolaboratif dapat membantu untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak.
Pengembangan Model Bisnis yang Berkelanjutan: Platform online perlu mengembangkan model bisnis yang berkelanjutan yang tidak hanya menguntungkan mereka, tetapi juga mendukung para pelaku usaha tradisional.
Model bisnis yang berkelanjutan dapat mencakup program kemitraan, dukungan untuk usaha kecil dan menengah, dan komitmen untuk mempromosikan produk lokal.
Peningkatan Kesadaran Publik: Penting untuk meningkatkan kesadaran publik tentang dampak “harga mati” terhadap pasar tradisional dan budaya lokal. Kampanye edukasi dan informasi dapat membantu konsumen untuk memahami pentingnya mendukung pelaku usaha lokal dan memilih produk yang berkualitas dan berkelanjutan.
Melalui beberapa usaha itu, “harga mati” yang kadung tercipta ini, tidak terlalu menendang pelaku usaha kecil. (*)