Jika 10 Juta Gen Z Menganggur, Berdampak Pada Ekonomi Indonesia?

Fauzi
By Fauzi
9 Min Read
9 Min Read
a man sitting on the ground playing a guitar

CokroNesia – Di Indonesia, pengangguran di kalangan Gen Z telah menjadi perhatian serius dalam beberapa tahun terakhir. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat pengangguran terbuka (TPT) untuk kelompok usia 15-24 tahun mencapai 15,9% pada tahun 2021.

Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran nasional yang berkisar 6,5%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pengangguran di kalangan generasi muda, khususnya Gen Z, membutuhkan perhatian khusus, mengingat mereka adalah tulang punggung tenaga kerja masa depan.

Salah satu faktor utama penyebab tingginya tingkat pengangguran ini adalah kurangnya kesempatan kerja yang memadai.

Banyak sektor ekonomi yang belum sepenuhnya pulih dari dampak pandemi COVID-19, sehingga lapangan pekerjaan tidak cukup tersedia untuk menampung lonjakan angkatan kerja muda.

Selain itu, terdapat fenomena “mismatch skill,” dimana keterampilan yang dimiliki oleh para pencari kerja tidak sesuai dengan kebutuhan pasar.

Banyak perusahaan yang membutuhkan keterampilan teknis yang spesifik, sementara banyak lulusan belum memiliki pelatihan yang memadai di bidang tersebut.

Pengaruh pandemi COVID-19 juga memperburuk situasi. Pandemi ini tidak hanya mengakibatkan kehilangan pekerjaan secara besar-besaran, tetapi juga menunda banyak program pelatihan dan pendidikan yang esensial bagi pengembangan skill generasi muda.

Selain itu, banyak perusahaan yang harus mengurangi jumlah karyawan atau bahkan menutup usaha mereka, yang semakin memperburuk tingkat pengangguran di kalangan Gen Z.

Gen Z, sebagai generasi yang lahir antara akhir 1990-an dan awal 2010-an, menghadapi tantangan besar dalam memasuki dunia kerja.

Perubahan cepat dalam teknologi dan industri juga berarti mereka harus terus beradaptasi dan memperbarui keterampilan agar tetap relevan.

Oleh karena itu, penanganan pengangguran di kalangan Gen Z memerlukan pendekatan yang holistik, melibatkan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga pendidikan.

Dampak Pengangguran 10 Juta Gen Z Terhadap Ekonomi

Pengangguran di kalangan 10 juta Gen Z memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Salah satu dampak negatif langsung adalah penurunan daya beli.

Gen Z, sebagai kelompok usia produktif, seharusnya menjadi motor penggerak konsumsi dalam ekonom i. Ketika mereka menganggur, kemampuan finansial mereka untuk membeli barang dan jasa menurun drastis, yang pada gilirannya dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi.

Penurunan daya beli ini dapat menyebabkan penurunan omset bisnis, terutama sektor-sektor yang sangat bergantung pada konsumsi domestik.

Selain itu, peningkatan pengangguran di kalangan Gen Z menambah beban sosial. Pemerintah mungkin harus mengalokasikan sumber daya yang lebih besar untuk program-program bantuan sosial dan pelatihan tenaga kerja.

Anggaran negara yang seharusnya digunakan untuk pengembangan sektor-sektor lain mungkin harus dialihkan untuk mengatasi masalah pengangguran ini, mengurangi efisiensi alokasi anggaran dan memperlambat kemajuan pembangunan infrastruktur dan bidang lainnya.

Dampak negatif lainnya adalah penurunan produktivitas nasional. Gen Z yang menganggur berarti potensi mereka untuk berkontribusi terhadap ekonomi tidak dimanfaatkan secara optimal.

Hal ini tidak hanya merugikan mereka secara individu tetapi juga menghambat pertumbuhan produktivitas nasional yang sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global.

Dalam jangka panjang, pengangguran di kalangan 10 juta Gen Z juga memiliki konsekuensi serius. Penurunan investasi dalam pengembangan keterampilan dan inovasi menjadi tak terhindarkan.

Ketika perusahaan dan pemerintah kurang berinvestasi dalam pengembangan keterampilan kaum muda, kapasitas inovatif dan kreativitas yang diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan menjadi terhambat.

Ini juga memengaruhi kemampuan negara untuk beradaptasi dengan perubahan teknologi dan dinamika pasar global.

Terhambatnya perkembangan keterampilan dan inovasi ini juga mengakibatkan hambatan dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).

Tanpa tenaga kerja yang terampil dan inovatif, pencapaian tujuan-tujuan seperti pengentasan kemiskinan, kesetaraan pendidikan, dan pembangunan ekonomi yang inklusif menjadi lebih sulit untuk diwujudkan.

Dengan itu, masalah pengangguran Gen Z tidak hanya berdampak negatif dalam jangka pendek tetapi juga memengaruhi prospek jangka panjang perekonomian negara.

Share This Article