Petani Lokal Akan Diancam Aeroponik Vertikal? Atau Justru Peluang Baru?

Fauzi
By Fauzi
6 Min Read
6 Min Read
green plant on brown clay pot

CokroNesia – Di tengah maraknya pembicaraan tentang pertanian berkelanjutan dan urban farming, muncul sebuah teknologi inovatif bernama aeroponik vertikal. Sistem ini menjanjikan produksi tanaman yang lebih efisien, berkelanjutan, dan berkualitas tinggi.

Namun, dengan adanya aeroponik vertikalz justru muncul pertanyaan mendasar, yakni apakah petani lokal dengan segala keterbatasannya siap menghadapi revolusi pertanian yang digagas oleh sistem aeroponik vertikal? Atau justru mampu memanfaatkan menjadikan peluang?

Sedangkan perrmintaan pangan global terus meningkat seiring dengan pertumbuhan populasi dunia. Di sisi lain, sektor pertanian menghadapi berbagai tantangan, seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan degradasi lahan.

Hal ini mendorong para ahli dan inovator untuk mencari solusi yang lebih efisien dan berkelanjutan dalam memproduksi pangan.

Salah satu pendekatan yang muncul adalah pertanian vertikal, yang memungkinkan tanaman tumbuh dalam kondisi terkontrol tanpa terpengaruh oleh cuaca atau hama. Sistem ini memanfaatkan teknologi pencahayaan LED, sensor, dan algoritma kecerdasan buatan untuk mengoptimalkan pertumbuhan tanaman.

Sementara Aeroponik, yang sebagai salah satu metode dalam pertanian vertikal justru menawarkan solusi yang lebih efisien dalam penggunaan air dan ruang. Sistem ini memungkinkan tanaman tumbuh tanpa media tanam, dengan akar yang menggantung di udara dan disemprot dengan larutan nutrisi secara berkala.

Secala lugas, Aeroponik vertikal adalah metode budidaya tanaman tanpa media tanam, yang akar tanamannya menggantung di udara dan disemprot dengan larutan nutrisi secara berkala.

Sistem ini memungkinkan tanaman tumbuh dalam kondisi optimal, dengan pemanfaatan ruang yang lebih efisien dibandingkan pertanian konvensional.

Hasilnya, panen menjadi lebih cepat dan produktivitas meningkat secara signifikan. Selain itu, aeroponik vertikal juga mengklaim dapat mengurangi penggunaan air dan pestisida hingga 95 persen.

Sistem aeroponik vertikal terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu:

1 Sistem penyemprotan: Sistem yang menyemprotkan larutan nutrisi ke akar tanaman secara berkala.

2 Pencahayaan LED: Cahaya LED yang dirancang khusus untuk memberikan spektrum cahaya yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.

3 Sensor: Sensor yang memantau berbagai parameter lingkungan, seperti suhu, kelembaban, dan kadar nutrisi, untuk memastikan kondisi pertumbuhan yang ideal.

4 Sistem kontrol: Sistem yang mengontrol sistem penyemprotan, pencahayaan, dan nutrisi berdasarkan data sensor.

Dampak Aeroponik Vertikal Terhadap Petani Lokal

Di satu sisi, teknologi aeroponik vertikal menawarkan solusi yang sangat menarik bagi berbagai tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian saat ini seperti perubahan iklim, urbanisasi, dan permintaan pangan yang terus meningkat. Dengan sistem ini, makanan segar dengan berkualitas tinggi bisa diproduksi loh!

Namun, di sisi lain, muncul kekhawatiran bahwa teknologi aeroponik vertikal justru akan memperlebar kesenjangan antara petani besar dan kecil.

Perlu digaris bawahi, bahwa petani tradisional dengan modal yang terbatas dan akses teknologi yang minim, akan kesulitan untuk bersaing dengan perusahaan pertanian besar yang menggunakan sistem aeroponik vertikal. Tentunya hal ini justru mengancam keberlangsungan hidup petani kecil bukan!

Maka itu, untuk memahami lebih dalam implikasi dari teknologi aeroponik vertikal, perlu dilakukan analisis yang lebih mendalam. Pertama, perlu dilihat lebih dekat pada keunggulan dan keterbatasan dari sistem ini. Aeroponik vertikal memang menawarkan produktivitas yang tinggi dan kualitas tanaman yang terjamin.

Namun, sistem ini juga membutuhkan investasi modal yang sangat besar, serta tenaga ahli yang terlatih. Bagi petani kecil, biaya-biaya ini tentu saja menjadi hambatan yang sangat besar.

Kedua, perlu mempertimbangkan dampak sosial dan ekonomi dari teknologi ini. Di satu sisi, aeroponik vertikal dapat menciptakan lapangan kerja baru di sektor pertanian teknologi.

Namun, di sisi lain, teknologi ini juga dapat menggantikan tenaga kerja manusia dalam beberapa tugas tertentu. Akhirnya, kejadian ini bisa menyebabkan masalah pengangguran dan meningkatkan ketidaksetaraan sosial.

Ketiga, perlu memikirkan kembali konsep pertanian itu sendiri. Selama berabad-abad, pertanian telah menjadi bagian integral dari kehidupan masyarakat. Pertanian bukan hanya sekadar produksi pangan, tetapi juga merupakan cara hidup, warisan budaya, dan sumber penghidupan bagi banyak orang.

Di suatu sisi, teknologi aeroponik vertikal justru menawarkan potensi yang sangat besar untuk mengatasi berbagai tantangan yang dihadapi oleh sektor pertanian. Namun, juga perlu memperhatikan dampak sosial dan ekonomi dari teknologi ini.

Kemungkinan besar, solusi yang paling ideal adalah dengan mencari jalan tengah. Yakni, teknologi aeroponik vertikal secara selektif bisa berlangsung dengan tetap memperhatikan kebutuhan petani tradisional.

Misalnya, teknologi ini dapat digunakan untuk memproduksi tanaman tertentu yang sulit tumbuh di iklim tertentu, atau untuk menunjang produksi pertanian organik.

Selain itu, pemerintah juga perlu berperan aktif dalam mendukung pengembangan pertanian berkelanjutan, yakni dengan emberikan insentif bagi petani kecil yang ingin mengadopsi teknologi baru.

Serta menyediakan pelatihan dan pendampingan. Dengan demikian, dapat menciptakan sistem pertanian yang lebih inklusif dan berkelanjutan, apalagi aeroponik vertikal benar-benar kecanggihan yang harus dikalter demi kelangsung hidup petani lokal.(*)

Share This Article