CokroNesia – Makam Bujuk Kramat di Desa Plakaran, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, Madura, menyimpan kisah yang menarik dan terkait dengan sejarah Pangeran Plakaran atau R. Cokronegoro. Mari kita telusuri lebih dalam tentang makam ini dan apa yang membuatnya begitu istimewa.
Tradisi Rokat Makam
Setiap tanggal satu bulan suro, warga setempat melakukan tradisi Rokat Makam di Makam Bujuk Kramat. Tradisi ini melibatkan tawassul, yasinan, tahlil, doa, dan makan bersama di makam tersebut.
Makanan yang disuguhkan berasal dari hasil bumi, seperti singkong, nasi berbentuk gunung dengan nasi hitam di atasnya, serta lauk seperti ayam dan ikan laut.
Asal Usul Makam Bujuk Kramat
Makam Bujuk Kramat terdiri dari dua makam: makam R. Cokronegoro dan ayahandanya. Menurut sejarah, saat penyerangan Mataram pada Madura dari Sumenep hingga Bangkalan, R. Cokronegoro yang berasal dari Sumenep melakukan perjalanan ke arah barat.
Namun, pasukan Mataram menghabisinya di daerah Sampang, dan dia dimakamkan di Desa Plakaran, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang.
Keturunan Raja dari Sumenep
R. Cokronegoro adalah keturunan Raja dari Sumenep. Meskipun detail silsilahnya tidak sepenuhnya diketahui, cerita ini telah diteruskan secara turun-temurun.
Desa Plakaran sendiri mengambil namanya dari Pangeran Plakaran atau Cokronegoro, meskipun banyak masyarakat tidak menyadari hal ini.
Peran Penting Cokronegoro
Dengan menggali lebih dalam tentang makam ini, kita dapat menghormati tradisi dan menghargai sejarah Pangeran Plakaran yang tersembunyi di baliknya.
Apalagi R. Cokronegoro, yang juga dikenal sebagai Pangeran Plakaran, memainkan peran penting dalam sejarah Madura. Berikut beberapa aspek perannya:
1. Perlawanan terhadap Mataram
R. Cokronegoro adalah seorang penguasa lokal di Madura. Pada masa itu, Mataram sedang menguasai wilayah Jawa dan berusaha memperluas kekuasaannya ke Madura.
R. Cokronegoro memimpin perlawanan melawan pasukan Mataram yang menyerang Madura. Meskipun akhirnya dikalahkan, perjuangannya meninggalkan jejak sejarah yang penting.
2. Warisan Budaya dan Tradisi
R. Cokronegoro juga dikenal karena kontribusinya terhadap budaya dan tradisi Madura. Makam Bujuk Kramat di Desa Plakaran, tempat dia dimakamkan, menjadi tempat ziarah dan tradisi hingga saat ini.
Ritual Rokat Makam yang dilakukan oleh warga setempat adalah salah satu contoh bagaimana warisan R. Cokronegoro terus hidup.
3. Kisah dan Legenda
Meskipun beberapa detail tentang kehidupan R. Cokronegoro masih diperdebatkan, kisah dan legenda seputar dirinya telah diteruskan secara turun-temurun. Dia dihormati sebagai tokoh yang berani dan berjuang untuk melindungi tanah airnya.
Dengan demikian, R. Cokronegoro adalah figur yang memainkan peran penting dalam sejarah dan budaya Madura, dan namanya tetap dikenang hingga saat ini.
Pengaruh Cokronegoro Hingga Saat ini
Pengaruh R. Cokronegoro pada masyarakat Madura hingga saat ini masih terasa dalam berbagai aspek kehidupan. Berikut beberapa dampaknya:
1. Tradisi dan Ritual
Makam Bujuk Kramat di Desa Plakaran tetap menjadi tempat ziarah dan ritual bagi warga setempat. Tradisi Rokat Makam yang dilakukan secara berkala merupakan bentuk penghormatan terhadap R. Cokronegoro dan warisan budayanya.
2. Kesadaran Identitas Lokal
Cerita dan legenda seputar R. Cokronegoro membantu memperkuat kesadaran identitas lokal di Madura. Masyarakat mengenali dan menghargai peran tokoh ini dalam sejarah mereka.
3. Pengembangan Pariwisata
Makam Bujuk Kramat juga menarik minat wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan budaya. Pengembangan pariwisata di sekitar makam dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.
namun dalam ranah ini, masih belum tercapai dan masih belum ada gerakan dari pemerintah setempat. Sehingga bisa dipastikan, sampai dengan Juli 2024 ini, Makam Cokronegoro masih belum berpengaruh terhadap ekonomi masyarakat setempat.
itulah tentang R. Cokronegoro atau Pangeran Pelajaran yang berhasil terhimpun informasinya. Semoga bermanfaat.(*)