Batang Gasan, CokroNesia – Curah hujan yang tinggi dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan terjadinya tanah longsor dan pohon tumbang di wilayah Korong Piliang, Nagari Gasan Gadang, Kecamatan Batang Gasan, Padang Pariaman.
Insiden ini terjadi pada Minggu (18/08/2024) sekitar pukul 01.00 WIB, tepat di belakang SD 10 Batang Gasan. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran serius terhadap keselamatan siswa dan kelancaran proses belajar mengajar di sekolah tersebut.
Intensitas hujan yang tinggi meningkatkan risiko tanah longsor di daerah pegunungan dan perbukitan, termasuk di Kecamatan Batang Gasan. Tanah yang jenuh air menjadi tidak stabil dan mudah longsor, terlebih jika vegetasi yang menahan tanah tersebut berkurang atau rusak.
Fenomena ini menyebabkan akar-akar pohon yang seharusnya menahan tanah menjadi rapuh dan akhirnya tumbang. Lokasi SD 10 Batang Gasan yang berada di ketinggian membuat situasi semakin berbahaya, mengingat potensi longsor bisa terjadi sewaktu-waktu tanpa peringatan yang jelas.
Sejak kejadian tanah longsor tersebut, warga dan pihak sekolah telah bekerja sama melakukan evakuasi darurat, serta upaya pembersihan dan pengamanan sementara.
Namun, ancaman longsor yang masih mengintai dan kondisi medan yang sulit membuat evakuasi penuh tidak dapat dilaksanakan dengan cepat dan optimal. Para siswa dan guru di SD 10 Batang Gasan terpaksa menghentikan kegiatan belajar mengajar secara sementara demi keselamatan bersama.
Kejadian tanah longsor di Korong Piliang ini bukan pertama kalinya terjadi. Wilayah ini memang rawan bencana alam seperti longsor dan banjir akibat curah hujan tinggi.
Oleh karena itu, diperlukan tindakan dan pencegahan lebih lanjut dari pemerintah dan pihak terkait untuk meminimalkan risiko ke depan. Proses belajar mengajar di SD 10 Batang Gasan harus menjadi prioritas, namun keselamatan siswa dan guru tetap menjadi hal yang paling utama.
Riwayat Retakan dan Ancaman Bukit Terjal
Bukit terjal yang terletak di belakang SD 10 Batang Gasan telah mengalami retakan signifikan sejak gempa besar pada tahun 2009.
Retakan ini bukanlah masalah baru; mereka telah tumbuh seiring berjalannya waktu, menjadikan bukit ini sebagai ancaman langsung bagi keselamatan para siswa yang belajar di sana.
Kegelisahan ini semakin terasa mendesak terlebih saat musim hujan, ketika intensitas curah hujan tinggi dapat memperburuk kondisi tanah, berpotensi memicu longsor yang membahayakan.
Lingkungan sekolah menghadapi ancaman serius, dan kecemasan ini dipahami oleh para pemimpin sekolah. Kepala sekolah telah berulang kali menyatakan kekhawatirannya terhadap situasi ini.
Bersama dengan pengawas sekolah, mereka menilai bahwa perlu ada intervensi segera untuk memastikan keselamatan siswa. Mereka telah mendesak pemerintah daerah untuk mengambil tindakan konkret untuk memperkuat dan mencegah potensi longsor.
Ancaman keselamatan dari bukit terjal ini bukan hanya mengganggu ketenangan proses belajar dan mengajar, tetapi juga telah mempengaruhi kesejahteraan emosional para siswa dan guru.
Ketidakpastian mengenai masa depan dan keselamatan mereka membuat suasana belajar kurang kondusif. Maka itu, ada urgensi nyata bagi pemerintah untuk merespons dengan cepat dan efektif.
Peningkatan intensitas hujan dan kondisi cuaca ekstrem memperburuk situasi, menambah beratnya beban psikologis yang dirasakan oleh semua pihak yang terlibat. Dalam jangka panjang, ketidakpastian ini dapat merugikan kualitas pendidikan di SD 10 Batang Gasan.
Upaya mitigasi yang memadai harus segera dilaksanakan untuk menjamin bahwa lingkungan sekolah tetap aman bagi semua warga sekolah, demi menjaga kelangsungan proses pendidikan yang tidak terganggu oleh ancaman longsor.
Kekhawatiran Pihak Sekolah dan Desa
Kepala SD 10 Batang Gasan, Elwita Rahmi, serta Pengawas Sekolah Batang Gasan, Anas Ayub, telah mengungkapkan kekhawatiran mereka yang mendalam terhadap ancaman longsor yang mengintai.
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, mengingat lokasi sekolah yang berada di daerah rawan longsor, yang bisa membahayakan keselamatan para guru dan siswa. Kondisi ini semakin memprihatinkan dengan curah hujan yang semakin intens di daerah Padang Pariaman.
Elwita Rahmi menyatakan bahwa keselamatan siswa dan guru adalah prioritas utama. Beliau menilai bahwa sekolah harus mendapatkan perhatian serius dari Pemerintah Daerah Padang Pariaman dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Tindakan antisipatif diperlukan segera untuk memastikan bahwa proses belajar mengajar tidak terganggu dan kehidupan masyarakat sekitar tidak terancam oleh potensi bencana ini.
Anas Ayub juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, BPBD, dan pihak sekolah. Tanpa adanya langkah konkret, ancaman ini bisa menjadi bencana besar yang tidak hanya mempengaruhi sekolah tetapi juga seluruh desa Batang Gasan.
Langkah-langkah seperti pemasangan bronjong dan pembuatan drainase yang baik di sekitar sekolah dapat menjadi solusi jangka pendek yang efektif. Selain itu, pendidikan mitigasi bencana bagi siswa dan masyarakat sekitar juga harus diperkuat untuk meningkatkan kesiapan menghadapi kemungkinan terburuk.
Kekhawatiran ini menggambarkan betapa pentingnya perhatian serius dari berbagai pihak terkait. Ancaman longsor di SD 10 Batang Gasan adalah isu yang memerlukan tindakan segera.
Dengan kerja sama yang baik antara pihak sekolah, pemerintah daerah, dan BPBD, risiko ini dapat diminimalisir, sehingga keselamatan dan kenyamanan dalam proses belajar mengajar tetap terjaga.