CokroNesia – Hampir semua orang di Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang, Madura, mengenal tradisi Slasè Topa’ Buju’ Buker. Setiap tahun, tepat setelah tujuh hari Idul Fitri, warga dari berbagai desa di kecamatan ini mendaki ke bukit yang terletak di Desa Buker. Apa sebenarnya makna dan asal-usul tradisi ini? Yuk telusuri lebih lanjut.
Sebagai tempat yang memadukan sejarah, kepercayaan, dan keindahan alam, Buju’ Buker tetap memikat banyak pengunjung yang ingin merasakan kedamaian dan menghormati leluhur. Hingga kini, tradisi slasè topa’ Buju’ Bukèr terus hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Sampang, Madura.
Makna Slasè Topa’ dan Buju’ Buker
Dua kata kunci dalam tradisi ini memiliki makna tersendiri. Pertama, “Slasè” berasal dari bahasa Madura dan diterjemahkan sebagai “ziarah” dalam bahasa Indonesia. Kedua, “Buju’ Buker” adalah bahasa Madura yang mengacu pada makam leluhur di Desa Buker. “Buju'” berarti buyut, sementara “Buker” adalah nama buyut yang telah wafat dan selalu diziarahi oleh warga.
Tradisi Ziarah dan Selametan
Ribuan penziarah dari dalam maupun luar Desa Buker selalu ramai mengunjungi Buju’ Buker. Tradisi ziarah dan selametan di tempat ini terutama berlangsung pada hari-hari besar seperti Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Buju’ Buker menjadi tempat bersejarah yang dihormati dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat.
Perjalanan Menuju Buju’ Buker
Dahulu mayoritas warga melakukan perjalanan ziarah ini dengan berjalan kaki. Namun, seiring berjalannya waktu, banyak yang beralih menggunakan sepeda motor. Setiap tahun, dari pintu masuk makam hingga ke pesarean Buju’ Buker, orang-orang memadati tempat ini.
Pelaksanaan Slasè Topa’ Buju’ Buker telah berlangsung sejak zaman Kerajaan Madura Barat hingga saat ini, menunjukkan betapa kuatnya keberlanjutan budaya ini di kalangan masyarakat setempat.
Tradisi Selamatan dan Pemandangan yang Menawan
Selain ziarah, terkadang juga ada orang yang melakukan selamatan di Buju’ Buker. Tradisi selamatan ini biasanya ditangani oleh juru kunci makam dan dilakukan secara berkelompok.
Namun, tidak hanya untuk berziarah, masyarakat juga memanfaatkan pemandangan indah di sekitar Buju’ Buker untuk berselfie. Udara yang segar dan pepohonan hijau menenangkan pikiran, menjadikan tempat ini cocok untuk merenung dan berkontemplasi.
Menurut keterangan yang ada, Buju’ Buker masih dianggap sebagai keturunan Sunan Ampel, salah satu wali sembilan di Jawa Timur yang memiliki pengaruh besar dalam penyebaran agama Islam. Keberadaan Buju’ Buker sebagai tempat bersejarah dan keramat tetap memikat banyak pengunjung dari dalam maupun luar Desa Buker.
Simpulan
Tradisi Slasè Topa’ Buju’ Buker bukan hanya sekadar ziarah, tetapi juga bagian dari warisan budaya yang perlu dilestarikan. Dengan pemandangan alam yang menawan dan nilai sejarah yang kental, tempat ini terus menarik perhatian orang-orang yang ingin merasakan kedamaian dan menghormati leluhur.
Semoga tradisi slasè topa’ Buju’ Bukèr terus hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas masyarakat Sampang, Madura.