CokroNesia – Dalam kearifan lokal Madura, terdapat istilah “song-osong lombhung,” yang secara harfiah berarti memikul lumbung. Namun, lebih dari sekadar fisik, lumbung juga menjadi simbol solidaritas sosial antar warga.
Song-osong lombhung merupakan bentuk gotong royong yang ada di lingkungan masyarakat Madura. Gotong royong bukan hanya semangat kebersamaan, tetapi juga menandakan kehidupan yang rukun dan damai. Tradisi ini masih kental di masyarakat Desa Patereman, Bangkalan, Madura.
Song-osong lombhung melibatkan empat bidang kehidupan:
– Ekonomi dan Mata Pencaharian: Misalnya, petani Madura bekerja sama saat mengumpulkan garam, yang nantinya membentuk bukit-bukit garam putih di seluruh area pembuatan garam.
– Teknologi dan Perlengkapan Hidup: Di sini, terjadi kerjasama dalam memperbaiki alat-alat sehari-hari.
– Kemasyarakatan: Jung rojung, ka’ajegen, kadhisah, dan run dhurun rembugen adalah contoh kerjasama di bidang ini.
– Religi dan Kepercayaan: Ka’ajegen mengacu pada kerjasama dalam kegiatan keagamaan.
Pada intinya: Lumbung bukan hanya tempat penyimpanan hasil panen. Ia juga melambangkan sesuatu yang besar dan bermanfaat bagi banyak orang. Dalam song-osong lombhung, kita memikul bukan hanya fisik lumbung, tetapi juga nilai-nilai sosial dan persaudaraan.
Tradisi Som Osong Lombhung Selain di Madura
Tradisi gotong royong dan semangat kebersamaan ditemukan di berbagai budaya di seluruh dunia. Berikut beberapa contoh:
1. Gotong Royong di Indonesia
– Gotong Royong di Bali: Di Bali, masyarakat sering berkumpul untuk membersihkan desa, memperbaiki jalan, atau merenovasi pura secara bersama-sama.
– Gotong Royong di Jawa: Selain Madura, Jawa juga memiliki tradisi gotong royong dalam berbagai aspek kehidupan, seperti panen bersama dan membangun rumah bersama.
2. Tradisi Serupa di Asia
– Gotong Royong di India: Di India, gotong royong dikenal sebagai “shramdaan.” Masyarakat bekerja sama untuk memperbaiki infrastruktur, membersihkan sungai, dan mengatasi masalah lingkungan.
– Gotong Royong di Jepang: Konsep “mottainai” (menghargai dan tidak membuang-buang) mendorong kerjasama dalam mengelola sumber daya alam dan lingkungan.
3. Tradisi di Afrika dan Amerika Latin
– Ubuntu di Afrika: Konsep “ubuntu” berasal dari Afrika dan menekankan pada ketergantungan kita pada orang lain. “Saya adalah karena kita semua adalah.”
– Ayni di Andes: Di wilayah Andes, “ayni” adalah bentuk gotong royong di mana masyarakat membantu satu sama lain dalam pekerjaan pertanian dan konstruksi.
4. Tradisi di Eropa
– Barn Raising di Amerika Utara: Pada masa lalu, komunitas agraris di Amerika Utara berkumpul untuk membangun dan mengangkat lumbung bersama-sama.
– Dugnad di Norwegia: Dugnad adalah tradisi Norwegia di mana tetangga membantu satu sama lain dalam berbagai proyek, dari membersihkan lingkungan hingga memperbaiki rumah.
Semua tradisi ini menunjukkan pentingnya kerjasama, solidaritas, dan kebersamaan dalam kehidupan manusia.
Peran Teknologi dalam Mempengaruhi Tradisi Gotong Royong
Tradisi gotong royong, yang merupakan semangat kebersamaan dan kerjasama dalam masyarakat, telah menjadi bagian integral dari budaya Indonesia. Namun, peran teknologi—terutama media digital, telah mempengaruhi cara tradisi ini berlangsung, yuk kita telusuri disini:
1. Gotong Royong dan Teknologi
– Tradisi Gotong Royong: Gotong royong adalah bentuk gotong-royong yang melibatkan partisipasi aktif masyarakat lokal dalam pembangunan dan kegiatan sehari-hari.
– Pengaruh Teknologi: Kemajuan teknologi komunikasi dan media digital dapat mengubah nilai-nilai tradisional, termasuk gotong royong.
2. Generasi Z (Gen-Z)
– Adaptasi Cepat: Generasi Z, yang tumbuh dengan teknologi digital, memiliki kemampuan beradaptasi yang tinggi terhadap perubahan.
– Pengaruh Terhadap Tradisi: Gen-Z dapat mempengaruhi bagaimana gotong royong dijalankan, baik secara positif maupun negatif.
3. Tantangan dan Peluang
– Tantangan: Teknologi dapat mengaburkan nilai-nilai tradisional dan mengurangi partisipasi langsung dalam gotong royong.
– Peluang: Dengan pendekatan yang bijaksana, teknologi juga dapat digunakan untuk memperkuat gotong royong, seperti melalui platform daring untuk koordinasi dan partisipasi.
4. Pentingnya Kesadaran Lokal
– Pendidikan: Penting untuk mengedukasi generasi muda tentang nilai-nilai gotong royong dan memadukan teknologi dengan kearifan lokal.
– Penguatan Identitas: Gotong royong tetap relevan sebagai simbol persatuan dan identitas budaya Indonesia.
Dalam menghadapi era globalisasi, perpaduan antara tradisi gotong royong dan teknologi dapat membentuk masa depan yang berkelanjutan dan inklusif bagi Indonesia. Jadi begitu informasi tentang Song Osong Lombhung dari Madura. Terimakasih.(*)