Pengertian ‘Stonks’ dalam Meme Internet
Kata ‘stonks’ pertama kali muncul dalam meme internet dan dengan cepat menjadi bagian yang populer di kalangan pengguna media sosial. Istilah ini merupakan perubahan ejaan yang disengaja dari kata ‘stocks’ (saham) untuk menciptakan kesan lucu dan satir.
Memes yang menggunakan kata ‘stonks’ sering kali menyertakan gambar karakter pria kartun dengan kepala berbentuk persegi panjang yang menggunakan setelan jas, sedang berdiri di depan grafik saham yang naik, terlepas dari konteks atau realitas finansial yang sebenarnya.
Fenomena ‘stonks’ ini berkembang dari representasi sederhana tentang naik turunnya saham menjadi simbol gagasan yang lebih luas.
Dalam penggunaannya, istilah ini sering menggambarkan keputusan finansial yang bisa dikategorikan sebagai konyol, menguntungkan, atau muncul sebagai hasil dari kejadian yang tidak terduga.
Meme ‘stonks’ menarik perhatian karena kemampuannya untuk mengkritik dan menyindir kompleksitas dunia ekonomi dengan cara yang ringan dan mudah dipahami oleh penonton umum.
‘Stonks’ dengan cepat menjadi bagian dari bahasa sehari-hari di internet, menyajikan cara bagi pengguna media sosial untuk berbicara tentang keuangan dengan nada humor dan ironi.
Selain itu, istilah ini kini digunakan tidak hanya untuk membahas transaksi saham tetapi juga untuk menggambarkan berbagai situasi di mana seseorang membuat keputusan absurd atau menguntungkan, baik dalam konteks ekonomi maupun di luar itu.
Stonks telah melampaui asal usulnya sebagai meme finansial dan menjadi bagian dari leksikon meme secara umum yang mencerminkan kecerdikan dan kreativitas komunitas online.
Sejarah dan Asal Usul Istilah ‘Gaul’ di Kalangan Anak Muda
Istilah ‘gaul’ memiliki sejarah panjang dalam budaya Indonesia, khususnya di kalangan anak muda. Awalnya, istilah ini muncul sebagai representasi adaptasi dari kata “socialize” dalam bahasa Inggris, yang kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan penyesuaian fonetik.
Pada akhir tahun 1980-an dan awal 1990-an, fenomena ini semakin berkembang sejalan dengan popularitas budaya pop yang diimpor dari Barat. Pengaruh film, musik, dan acara televisi sangat terasa dan sering menjadi sumber inspirasi bagi penggunaan terminologi baru dalam percakapan sehari-hari.
Di era pra-digital, media massa seperti majalah remaja dan radio menjadi kanal penyebaran utama istilah-istilah gaul baru.
Istilah ini sering kali mulai dari kalangan perkotaan, terutama daerah Jakarta, sebelum akhirnya menyebar ke berbagai pelosok negeri.
Angkatan muda berusaha untuk menonjolkan identitas mereka melalui penggunaan bahasa yang dianggap “up-to-date” dan mencerminkan pengetahuan akan tren global.
Dengan hadirnya internet dan media sosial, penyebaran istilah gaul semakin cepat dan masif. Platform seperti Facebook, Twitter, dan Instagram tidak hanya mempercepat adopsi istilah baru, tetapi juga memungkinkan anak muda Indonesia yang berada di berbagai belahan dunia untuk saling berinteraksi dan bertukar budaya secara instan.
Hal ini menjadikan istilah gaul lebih dinamis dan terus berkembang, mengikuti arus globalisasi dan perubahan tren yang cepat.
Namun, tidak hanya sekedar tren sesaat, beberapa istilah gaul berhasil bertahan dan menjadi bagian integral dari bahasa sehari-hari. Misalnya, istilah seperti “curhat” dan “baper” mulai menjadi lazim digunakan bahkan dalam konteks formal.
Penggunaan istilah gaul bahkan merambah ke dalam seni, literatur, dan hiburan, memperluas penerimaannya di berbagai lapisan masyarakat. Seiring dengan waktu, istilah-istilah gaul tersebut berevolusi, menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan teknologi.
Istilah Gaul Lain yang Populer di Meme
Selain ‘stonks’, dunia meme juga dipenuhi dengan berbagai istilah gaul lain yang kerap digunakan oleh netizen. Salah satu yang paling terkenal adalah ‘OK Boomer’.
Istilah ini digunakan secara sarkastis untuk merespons pandangan atau pernyataan yang dianggap kuno atau ketinggalan zaman, terutama yang berasal dari generasi Baby Boomers. ‘OK Boomer’ muncul sekitar tahun 2019 dan dengan cepat menjadi simbol dari benturan antar generasi.
Ihwal ‘Karen’, istilah ini merujuk pada stereotip wanita paruh baya berkulit putih yang diasosiasikan dengan sikap memaksa, egois, dan sering meminta berbicara dengan manajer.
Istilah ini muncul di internet dan digunakan dalam berbagai meme untuk mengkritik perilaku yang dianggap kasar atau berlebihan.
‘Karen’ menggambarkan dinamika sosial di mana ada kelompok yang merasa lebih superior atau berhak dibandingkan yang lain, sering kali tanpa alasan yang jelas.
Lain halnya dengan ‘yeet’, istilah ini merupakan ekspresi kegembiraan atau perasaan terkejut yang digunakan sebagai seruan, biasanya saat seseorang melemparkan sesuatu dengan kuat atau melakukan gerakan fisik secara tiba-tiba.
‘Yeet’ pertama kali dipopulerkan oleh media sosial Vine sekitar tahun 2014 dan tetap relevan hingga kini dalam berbagai konteks meme dan video lucu.
Selain istilah-istilah tersebut, ada juga ‘Bruh Moment’ yang digunakan untuk menggambarkan situasi yang konyol atau absurd, dan ‘No Cap’ yang berarti tidak berbohong atau berbicara dengan jujur.
Semua istilah ini bukan hanya cara untuk mengekspresikan diri dalam batasan karakter yang terbatas, tetapi juga mencerminkan situasi budaya atau sosial yang berlaku di masyarakat.
Tidak dapat dipungkiri, meme dan istilah gaul tersebut menjadi cermin yang menggambarkan dinamika sosial dan kultural yang sedang terjadi. Mereka adalah bagian tak terpisahkan dari bahasa internet yang sangat kaya dan terus berkembang.
Dampak Meme dan Istilah Gaul pada Budaya Populer
Meme dan istilah gaul telah menjadi bagian integral dari budaya populer di era digital. Penggunaan meme dan istilah-istilah ini memungkinkan anak muda untuk berkomunikasi secara kreatif dan efisien dengan sesamanya.
Lewat meme dan istilah gaul, mereka bisa mengekspresikan ide, perasaan, dan reaksi terhadap berbagai situasi dengan cara yang cepat dan mudah dipahami.
Meme sering digunakan sebagai alat untuk menyampaikan humor, kritik sosial, atau pendapat tertentu dalam bentuk yang menghibur dan sering kali penuh makna.
Meme dan istilah gaul juga memiliki peran penting dalam pembentukan identitas kelompok di kalangan anak muda.
Penggunaan istilah seperti “stonks” atau “savage” memungkinkan seseorang untuk mengenali dan berkomunikasi dengan orang-orang yang memiliki pola pikir atau ketertarikan yang sama.
Ini mempermudah terbentuknya kelompok sosial yang kuat, di mana anggotanya merasa memiliki kesamaan dan kedekatan satu sama lain.
Selain itu, tren dan fenomena sosial yang sedang populer juga dapat diikuti dan dipahami lebih mudah melalui meme dan istilah gaul.
Misalnya, meme-meme yang muncul terkait peristiwa global atau nasional sering kali menyebar dengan cepat dan menjadi bagian dari obrolan sehari-hari. Ini memperlihatkan bagaimana meme dapat menjembatani komunikasi antar generasi dan latar belakang yang berbeda.
Namun, penggunaan meme dan istilah gaul juga memunculkan pandangan kritis mengenai pengaruhnya. Beberapa pihak berpendapat bahwa penggunaan berlebihan dari istilah-istilah ini dapat menurunkan kualitas komunikasi dan mempersempit pemahaman akan bahasa.
Ada juga kekhawatiran bahwa meme yang berisi humor satir atau kritik sosial bisa disalahartikan atau digunakan untuk menyebarkan kebencian.
Secara keseluruhan, meme dan istilah gaul menawarkan cara baru yang dinamis untuk berkomunikasi dalam budaya populer.
Meski ada sisi positif, penting bagi kita untuk tetap kritis dalam penggunaannya agar komunikasi tetap bermakna dan efektif tanpa mengurangi esensi dari makna sebenarnya.
Dunia digital terus berkembang dengan pesat. Penting bagi kita untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Dengan memahami fenomena yang terjadi di dunia digital, kita dapat memanfaatkan teknologi untuk mencapai tujuan yang lebih besar.(*)