Tantangan Teknologi Pertanian di Indonesia

Fauzi
By Fauzi
19 Min Read
19 Min Read
girl in white dress walking on green grass field during daytime

Terakhir, akses internet yang terbatas di berbagai daerah pertanian di Indonesia menjadi penghalang penting lainnya. Banyak sensor tanah dan cuaca modern bergantung pada konektivitas internet untuk mengirimkan data dan menerima pembaruan perangkat lunak.

Di daerah terpencil yang memiliki koneksi internet yang buruk atau tidak ada sama sekali, penggunaan teknologi ini menjadi hampir mustahil.

Kombinasi dari biaya tinggi, kebutuhan akan pelatihan yang khusus, dan keterbatasan akses internet menyebabkan teknologi sensor tanah dan cuaca jarang digunakan oleh petani di Indonesia.

Tentunya hal itumenunjukkan bahwa meskipun teknologi ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan produktivitas pertanian, perlu ada solusi yang lebih terjangkau dan mudah diakses agar benar-benar dapat diadopsi secara luas.

Irgrasi Otomatis Berbasis IoT Tak Layak untuk Lokal

Penerapan sistem irigasi otomatis berbasis Internet of Things (IoT) di sektor pertanian memiliki banyak potensi dalam meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Namun, di Indonesia, teknologi canggih ini belum banyak diadopsi oleh petani lokal. Tantangan utama yang dihadapi adalah ketidaklayakan infrastruktur air yang ada.

Sebagian besar daerah pertanian masih bergantung pada metode irigasi tradisional yang tidak memerlukan teknologi mutakhir. Infrastruktur air yang ada kurang memadai untuk mendukung sistem irigasi otomatis berbasis IoT yang kompleks dan membutuhkan perawatan berkala.

Selain itu, biaya pemasangan yang cukup tinggi menjadi halangan tersendiri. Sistem irigasi otomatis memerlukan perangkat keras dan perangkat lunak yang canggih, termasuk sensor, aktuator, dan modul komunikasi.

Untuk sebagian besar petani di Indonesia, terutama mereka yang beroperasi dalam skala kecil, biaya ini tidak dapat dijangkau tanpa dukungan finansial yang memadai. Bahkan, meskipun ada bantuan pemerintah atau pihak ketiga, keberlanjutan dari program ini sering kali dipertanyakan karena tingginya biaya operasional dan pemeliharaan.

Faktor lain yang menghambat adopsi luas teknologi ini adalah kebutuhan akan pasokan listrik yang stabil. Sistem irigasi berbasis IoT memerlukan daya untuk mengoperasikan berbagai perangkat elektroniknya.

Di banyak daerah pedesaan di Indonesia, pasokan listrik sering kali tidak stabil, bahkan terkadang tidak ada sama sekali. Hal ini tentu saja mengurangi efektivitas dan reliabilitas dari sistem irigasi otomatis.

Implementasi teknologi irigasi otomatis berbasis IoT memang memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi penggunaan air dan hasil panen.

Namun, untuk saat ini, kendala berupa infrastruktur air yang tidak memadai, biaya pemasangan yang tinggi, dan kebutuhan akan pasokan listrik yang stabil menjadikannya kurang cocok bagi mayoritas petani di Indonesia.

Upaya yang lebih besar diperlukan dalam memperbaiki infrastruktur dasar dan meminimalisir biaya agar teknologi ini dapat dimanfaatkan secara lebih luas di masa depan.

Share This Article