13 Gejala Seseorang Mengidap Diabetes, Waspada Jika Kamu Mengalami

Moh. Imam Baidowi
By Moh. Imam Baidowi - Moh. Imam Baidowi
26 Min Read
26 Min Read

CokroNesia – Diabetes adalah salah satu penyakit yang paling di takuti oleh seluruh manusia. Penyakit ini sangat berbahaya dan membuat penderitanya sangat menderita.

Berikut adalah tanda-tanda seseorang mengidap atau memiliki penyakit diabetes yang perlu kamu tahu, antara lain:

Gejala Fisik yang Terlihat

Gejala fisik yang sering terlihat pada penderita diabetes merupakan indikasi penting yang mampu membantu dalam pengenalan dini terhadap kondisi tersebut.

Salah satu gejala umum yang muncul adalah sering merasa haus secara berlebihan atau yang dikenal dengan istilah “polidipsia.”

Kondisi ini disebabkan oleh tingginya kadar gula dalam darah yang menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan.

Selain itu, buang air kecil yang berlebihan atau “poliuria” juga menjadi tanda klasik dari diabetes.

Penderita biasanya akan mengalami frekuensi buang air kecil yang meningkat drastis, terutama pada malam hari.

Hal ini terjadi karena ginjal bekerja lebih keras untuk mengeluarkan gula berlebihan dari dalam darah melalui urin. Akibatnya, volume urin yang dihasilkan juga meningkat.

Penurunan berat badan yang tidak dijelaskan juga bisa menjadi gejala fisik yang menunjukkan adanya diabetes.

Meskipun penderita tidak mengurangi asupan makanan, tubuh tetap kehilangan berat badan. Ini disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk menggunakan gula sebagai sumber energi sehingga tubuh mulai membakar lemak dan otot sebagai penggantinya.

Memahami pentingnya mengenali gejala-gejala ini tidak bisa diabaikan. Deteksi dini terhadap gejala fisik diabetes merupakan langkah awal yang krusial dalam pengelolaan kondisi tersebut.

Dengan mengenali dan memahami tanda-tanda ini, individu bisa segera mencari bantuan medis untuk mendapatkan diagnosis yang tepat.

Deteksi awal memungkinkan tindakan medis yang tepat guna mencegah komplikasi lebih lanjut yang sering kali menyertai diabetes apabila tidak segera ditangani.

Kelelahan Kronis

Salah satu indikator potensial diabetes yang sering kali tidak disadari banyak orang adalah kelelahan kronis.

Kelelahan yang berkepanjangan dan tidak biasa ini bisa menjadi tanda awal bahwa tubuh mengalami kesulitan dalam mengolah gula dengan efektif.

Pada individu dengan diabetes, tubuh mereka tidak dapat memanfaatkan insulin dengan baik atau mungkin kekurangan insulin sama sekali.

Kondisi ini menyebabkan tubuh tidak mampu mengubah gula dalam darah menjadi energi yang dibutuhkan sel-sel tubuh.

Tanpa kemampuan untuk memproses gula dengan benar, tubuh beralih menggunakan jaringan lemak dan otot sebagai sumber energi.

Proses ini jauh lebih tidak efisien dan menyebabkan terjadinya kelelahan terus-menerus.

Selain itu, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kekentalan darah meningkat, memperlambat aliran oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh, sehingga menambah perasaan lelah dan lesu.

Faktor lain yang berkontribusi pada kelelahan kronis pada penderita diabetes adalah dehidrasi.

Ketika kadar gula darah tinggi, ginjal bekerja lebih keras untuk membuang kelebihan gula melalui urine. Ini bisa menyebabkan sering buang air kecil dan mengakibatkan dehidrasi.

Dehidrasi ini, meskipun mungkin tampak ringan pada awalnya, dapat memperburuk rasa kelelahan dan menurunkan fungsi fisik serta mental.

Kelelahan kronis yang berkaitan dengan diabetes tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga dapat mempengaruhi kesehatan mental.

Ketidakmampuan tubuh untuk mengatur gula darah dengan baik dapat mempengaruhi fungsi otak dan suasana hati, yang sering disebut sebagai “kebingungan otak” atau brain fog.

Hal ini membuat penderita diabetes sering kali merasa cemas, mudah marah, dan sulit berkonsentrasi.

Dengan memahami mekanisme di balik kelelahan kronis, kita dapat lebih waspada terhadap gejala awal diabetes.

Kelelahan yang tidak biasa dan berkelanjutan seharusnya tidak diabaikan dan perlu ditangani segera dengan konsultasi ke tenaga medis profesional untuk diagnosis dan penanganan lebih lanjut.

Pandangan yang Buram

Diabetes dapat menyebabkan berbagai perubahan dalam tubuh, termasuk pada lensa mata, yang dapat mengakibatkan pandangan buram.

Penderita diabetes seringkali mengalami fluktuasi kadar gula darah, yang mempengaruhi kadar cairan dalam tubuh, termasuk cairan di dalam mata.

Perubahan kadar gula darah bisa menyebabkan pembengkakan lensa mata, sehingga memengaruhi kemampuan fokus mata dan menghasilkan pandangan yang buram.

Secara lebih rinci, ketika kadar gula darah meningkat, cairan dapat masuk ke lensa mata, membuat lensa tersebut mengembang dan berubah bentuk.

Proses ini tidak terjadi seketika; biasanya membutuhkan waktu untuk memanifestasikan gejalanya.

Lensa mata yang berubah bentuk akan mengganggu cara cahaya masuk ke mata, sehingga pandangan menjadi kabur atau tidak jelas.

Setelah kadar gula darah kembali normal, lensa mata dapat kembali ke bentuk aslinya, namun agar hal ini terjadi, butuh waktu dan terkadang tidak sepenuhnya kembali normal, terutama jika kadar gula darah sering berfluktuasi.

Masalah penglihatan akibat diabetes seperti ini cukup umum. Banyak penderita diabetes yang melaporkan mengalami pandangan buram, terutama saat diagnosis baru terjadi atau apabila manajemen diabetesnya tidak optimal.

Kondisi ini bisa mencolok terutama bagi mereka yang belum menyadari bahwa mereka mengidap diabetes.

Bila seseorang mengalami pandangan buram yang berlangsung lama atau sering kembali, sangat penting untuk memeriksakan mata dan memeriksakan kadar gula darah mereka.

Sangat penting bagi penderita diabetes untuk mengelola kondisi mereka dengan baik guna mencegah komplikasi jangka panjang, termasuk gangguan penglihatan.

Melakukan kontrol rutin dan menjaga kadar gula darah dalam rentang normal dapat membantu mencegah pembengkakan lensa mata dan penglihatan buram.

Dukungan dari keluarga dan komunitas serta program edukasi diabetes juga sangat membantu dalam mengatasi masalah ini.

Infeksi yang Sering Terjadi

Salah satu indikator yang cukup kuat untuk mengidentifikasi diabetes tanpa harus melakukan tes darah adalah kecenderungan infeksi yang lebih sering terjadi.

Penderita diabetes sering menghadapi berbagai macam infeksi yang lebih sering dan parah dibandingkan dengan individu non-diabetes.

Beberapa infeksi umum yang sering dialami oleh penderita diabetes meliputi infeksi kulit, infeksi gusi, dan infeksi saluran kemih.

Infeksi kulit pada penderita diabetes bisa terjadi karena kadar gula darah yang tinggi menciptakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri dan jamur.

Hal ini menyebabkan luka kecil atau gigitan serangga berubah menjadi infeksi serius yang sulit sembuh.

Selain itu, diabetes juga dapat memperlambat penyembuhan luka akibat penurunan sirkulasi darah ke ekstremitas dan sistem kekebalan tubuh yang terganggu.

Infeksi gusi merupakan masalah umum lainnya. Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit periodontal karena kadar gula darah yang tinggi dapat memperburuk kondisi mulut, termasuk menyebabkan radang gusi dan periodontitis.

Kesehatan mulut yang buruk tidak hanya memperparah diabetes tetapi juga bisa mempengaruhi cara tubuh merespons insulin.

Infeksi saluran kemih juga sering kali terjadi pada penderita diabetes, terutama pada wanita.

Kadar gula yang tinggi dalam darah bisa menyebabkan peningkatan kadar gula dalam urin, menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pertumbuhan bakteri di saluran kemih. Hal ini membuat infeksi saluran kemih lebih sering terjadi dan lebih sulit diobati.

Secara umum, kadar gula darah yang tinggi dapat melemahkan daya tahan tubuh seseorang, membuatnya lebih rentan terhadap infeksi.

Tingginya kadar gula dapat merusak kemampuan sel darah putih untuk melawan infeksi, sehingga tubuh menjadi mudah terserang patogen.

Oleh karena itu, waspada terhadap peningkatan frekuensi dan keparahan infeksi bisa menjadi salah satu cara non-invasif untuk mengidentifikasi diabetes lebih awal.

Kulit Gelap di Area Lipatan

Acanthosis Nigricans adalah kondisi medis yang ditandai dengan penggelapan dan penebalan kulit di area lipatan tubuh, seperti leher, ketiak, selangkangan, dan bagian-bagian lain yang mengalami gesekan.

Pada umumnya, permukaan kulit di daerah yang terkena akan terasa lebih kasar, tebal, dan terkadang sedikit berbau.

Kondisi ini sering kali menjadi salah satu tanda awal adanya masalah kesehatan yang lebih serius, termasuk resistensi insulin, yang dapat mengarah pada diabetes tipe 2.

Resistensi insulin adalah kondisi di mana tubuh menjadi kurang responsif terhadap hormon insulin, yang berfungsi untuk mengatur kadar gula darah.

Ketika sel-sel tubuh tidak merespon insulin dengan baik, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk mencoba menstabilkan kadar gula darah.

Produksi insulin yang berlebihan ini kemudian dapat menyebabkan berbagai perubahan pada kulit, termasuk perkembangan Acanthosis Nigricans.

Hubungan antara Acanthosis Nigricans dan diabetes cukup kuat. Pada banyak kasus, penggelapan kulit ini merupakan salah satu tanda awal dari perkembangan diabetes tipe 2.

Ini adalah peringatan bahwa tubuh mengalami kesulitan mengelola kadar glukosa darah, dan mungkin ada kebutuhan untuk perubahan gaya hidup atau perawatan medis untuk mencegah perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini.

Meskipun Acanthosis Nigricans tidak selalu merupakan indikasi pasti dari diabetes, kehadiran kondisi ini sebaiknya tidak diabaikan.

Jika seseorang mengalami perubahan warna kulit yang signifikan pada area lipatan tubuh, disarankan untuk segera berkonsultasi dengan dokter.

Penanganan dini dapat membantu mengidentifikasi penyebab mendasar dan memungkinkan tindakan pencegahan yang tepat untuk kesehatan jangka panjang.

Diabetes memiliki dampak signifikan pada berbagai aspek kesehatan, termasuk pada proses penyembuhan luka.

Kadar gula darah yang tinggi yang terkait dengan diabetes dapat memperlambat penyembuhan luka, membuatnya menjadi salah satu indikator penting dari kondisi tersebut.

Salah satu cara utama diabetes mempengaruhi penyembuhan luka adalah melalui perubahan yang ditimbulkannya pada sirkulasi darah.

Penderita diabetes sering mengalami penurunan aliran darah ke ekstremitas tubuh seperti kaki dan tangan.

Aliran darah yang optimal sangat penting untuk proses penyembuhan karena darah membawa oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk regenerasi jaringan.

Dengan sirkulasi yang buruk, luka tidak mendapatkan pasokan nutrisi yang memadai, sehingga memperlambat proses penyembuhan.

Selain itu, kadar gula darah yang tinggi dapat memperburuk situasi. Glukosa berlebih dalam darah menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroorganisme, meningkatkan risiko infeksi pada luka.

Infeksi dapat lebih lanjut menghambat penyembuhan dan meningkatkan komplikasi yang berbahaya.

Juga, kadar gula yang tinggi merusak fungsi sel-sel penyembuhan, seperti leukosit dan fibroblas, yang juga sangat penting dalam proses perbaikan jaringan.

Sistem kekebalan tubuh juga terpengaruh oleh diabetes. Fungsi imun yang terganggu, yang biasa terjadi pada penderita diabetes, dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi secara efektif. Ini membuat proses penyembuhan menjadi lebih lama dan lebih rumit.

Oleh karena itu, luka yang lambat sembuh pada penderita diabetes bukan hanya tanda kecil, tetapi indikasi mendalam dari masalah kesehatan mendasar yang lebih besar.

Memahami hubungan antara diabetes dan penyembuhan luka dapat membantu dalam mempercepat diagnosis dan meningkatkan manajemen kondisi ini.

Penting bagi individu dengan luka yang tidak kunjung sembuh untuk segera mencari bantuan medis guna mengecek kemungkinan adanya diabetes. Dengan pengelolaan yang tepat, banyak komplikasi ini bisa diminimalkan.

Rasa Mati Rasa atau Kesemutan

Neuropati diabetik merupakan salah satu komplikasi yang sering muncul pada penderita diabetes.

Kondisi ini ditandai dengan rasa mati rasa atau kesemutan, umumnya terjadi di tangan dan kaki.

Neuropati diabetik berkembang sebagai hasil dari kerusakan saraf yang disebabkan oleh kadar gula darah yang tinggi dalam jangka waktu yang panjang.

Mekanisme terjadinya neuropati diabetik diawali dengan kadar gula darah yang tidak terkontrol.

Kelebihan glukosa dalam darah merusak pembuluh darah kecil yang mensuplai saraf, sehingga mengganggu fungsi saraf tersebut.

Akibatnya, penderita mulai merasakan gejala seperti kesemutan, rasa terbakar, atau bahkan sensasi nyeri yang tidak biasa di ekstremitas.

Kerusakan saraf akibat diabetes juga mempengaruhi kemampuan tubuh untuk menangkap sinyal dari ekstremitas ke otak.

Hal ini membuat penderita kurang peka terhadap suhu, rasa sakit, dan sentuhan. Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan tetapi juga bisa berbahaya, karena seseorang mungkin tidak menyadari ketika mengalami luka atau infeksi di kaki.

Oleh karena itu, rasa mati rasa atau kesemutan menjadi salah satu tanda penting yang perlu diwaspadai sebagai gejala awal diabetes.

Menjaga kadar gula darah dalam batas normal adalah kunci utama dalam mencegah dan mengelola neuropati diabetik.

Penderita diabetes dianjurkan untuk selalu memantau gula darah mereka, menjalani pola makan sehat, serta rutin berolahraga. Konsultasi dengan tenaga medis juga sangat penting untuk mendapatkan penanganan yang tepat dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

Dengan memahami mekanisme terjadinya neuropati diabetik, kita dapat lebih waspada terhadap gejala dini diabetes.

Melakukan langkah-langkah pencegahan dan pengelolaan sejak dini merupakan cara efektif untuk mencegah perkembangan lebih lanjut dari penyakit ini.

Nafsu Makan Bertambah

Salah satu gejala diabetes yang sering kali diabaikan adalah peningkatan nafsu makan yang drastis, kondisi yang dikenal sebagai polifagia.

Polifagia adalah salah satu tanda tubuh tidak mampu menggunakan glukosa secara efektif sebagai sumber energi.

Pada penderita diabetes, meski kadar glukosa dalam darah tinggi, sel-sel tubuh tidak memperoleh cukup glukosa untuk kebutuhan energi mereka karena masalah pada insulin atau resistensi insulin.

Insulin adalah hormon yang mengatur pemindahan glukosa dari darah ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi.

Pada diabetes tipe 1, tubuh tidak memproduksi insulin, sementara pada diabetes tipe 2, tubuh mengalami resistensi insulin atau produksi insulin yang tidak mencukupi.

Akibatnya, glukosa menumpuk dalam aliran darah namun tidak dapat diakses oleh sel-sel tubuh.

Tubuh kemudian merespons situasi ini dengan meningkatkan rasa lapar, seakan memberi sinyal bahwa ada kekurangan energi yang perlu dipenuhi.

Akibatnya, penderita diabetes mungkin merasa sangat lapar dan terus-menerus ingin makan, meskipun sudah mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak.

Ini merupakan upaya tubuh untuk mendapatkan energi yang kebutuhannya tidak dapat dipenuhi karena glukosa tidak dapat digunakan secara efektif.

Fenomena ini bisa sangat mengganggu dan mempengaruhi kualitas hidup seseorang yang menderita diabetes.

Memahami polifagia sebagai salah satu tanda diabetes bisa membantu seseorang untuk lebih waspada terhadap perubahan dalam pola makan dan rasa lapar.

Jika Anda atau orang terdekat mengalami peningkatan nafsu makan yang tidak biasa tanpa adanya sebab yang jelas, penting untuk segera berkonsultasi dengan profesional kesehatan.

Mengenali gejala ini dini dapat membantu diagnosis dan penanganan yang lebih efektif.

Nafas Berbau Buah

Kondisi nafas berbau buah merupakan salah satu tanda yang dapat menunjukkan adanya masalah diabetes tanpa perlu melakukan cek darah.

Hal ini terjadi karena adanya proses biokimia yang terjadi dalam tubuh yang dikenal sebagai ketosis dan ketoasidosis diabetik.

Ketosis adalah kondisi dimana tubuh mulai mengurai lemak menjadi keton sebagai sumber energi alternatif karena kekurangan glukosa, yang biasanya terjadi saat tubuh mengalami defisit karbohidrat yang signifikan.

Pada individu sehat, ketosis bisa terjadi akibat diet rendah karbohidrat atau puasa. Namun, pada penderita diabetes, terutama diabetes tipe 1, ketosis dapat berkembang menjadi ketoasidosis diabetik, suatu kondisi yang lebih serius dan memerlukan perhatian medis segera.

Ketoasidosis diabetik terjadi ketika kadar keton di dalam tubuh meningkat secara berlebihan, menyebabkan darah menjadi lebih asam.

Salah satu tanda paling khas dari ketoasidosis diabetik adalah nafas yang berbau seperti buah atau aseton.

Ketika tubuh mengurai lemak menjadi keton, salah satu produk sampingannya adalah aseton, yang dikenal memiliki bau seperti buah atau cat kuku.

Aseton ini kemudian dikeluarkan melalui pernapasan, yang menyebabkan bau khas pada nafas.

Proses ini menunjukkan bahwa tubuh tidak lagi mampu memanfaatkan glukosa dengan optimal sebagai sumber energi karena kurangnya insulin atau resistansi insulin.

Nafas berbau buah pada penderita diabetes merupakan indikator bahwa kondisi glukosa darah tidak terkendali dan tubuh berada dalam keadaan stres metabolik.

Kehadiran nafas berbau buah ini sangat penting untuk dikenali karena dapat menjadi pertanda awal dari kondisi ketoasidosis diabetik yang, jika tidak segera ditangani, dapat mengancam jiwa.

Oleh karena itu, individu yang mengalami nafas dengan bau khas ini disarankan untuk segera mencari pertolongan medis guna mendapatkan penanganan yang tepat.

Penglihatan Memburuk Secara Bertahap

Diabetes sering kali mengakibatkan berbagai komplikasi serius, termasuk masalah penglihatan yang memburuk secara bertahap.

Salah satu kondisi paling umum yang mengganggu penglihatan penderita diabetes adalah retinopati diabetik.

Retinopati diabetik terjadi ketika pembuluh darah di retina mata rusak akibat kadar gula darah yang tinggi.

Retina, yang terletak di bagian belakang mata, berfungsi menangkap cahaya dan mengirimkan sinyal visual ke otak.

Retinopati diabetik berkembang secara bertahap dan sering kali tidak menunjukkan gejala pada tahap awal.

Tanda-tanda awal dari kondisi ini mungkin termasuk penglihatan yang kabur atau berfluktuasi, kesulitan melihat di malam hari, dan melihat bintik-bintik gelap atau ‘floaters’. Jika tidak segera diatasi, retinopati diabetik dapat menyebabkan kebutaan permanen.

Penting untuk menyadari bahwa bahkan jika gejala tersebut belum muncul atau masih dalam tahap ringan, mereka tetap memerlukan perhatian medis khusus.

Melakukan pemeriksaan mata secara teratur dengan spesialis mata adalah langkah krusial dalam mengidentifikasi dan mengelola retinopati diabetik lebih awal.

Dokter mata dapat mengevaluasi kondisi retina Anda dan merekomendasikan perawatan yang sesuai untuk memperlambat atau mencegah perkembangan penyakit ini.

Selain melakukan pemeriksaan mata, menjaga kadar gula darah tetap stabil sangat penting dalam mengurangi risiko komplikasi mata akibat diabetes.

Melalui kontrol glukosa yang ketat, pola makan sehat, dan rutinitas olahraga yang teratur, penderita diabetes dapat mengurangi kemungkinan berkembangnya retinopati diabetik.

Mengelola faktor risiko lain seperti tekanan darah tinggi dan kolesterol juga berkontribusi dalam menjaga kesehatan mata.

Mengalami perubahan pada penglihatan harus dianggap sebagai tanda peringatan yang serius bagi penderita diabetes.

Mengambil tindakan yang tepat dan cepat dapat membuat perbedaan besar dalam menjaga kualitas penglihatan dan kehidupan secara keseluruhan.

Gatal-gatal pada Kulit

Diabetes adalah kondisi kronis yang dapat mempengaruhi berbagai aspek kesehatan, termasuk kesehatan kulit.

Salah satu tanda diabetes yang sering tidak disadari adalah kulit yang menjadi lebih kering dan gatal. Ini terjadi karena kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan dehidrasi pada kulit, mengurangi produksi minyak alami yang bertindak sebagai pelembap alami. Akibatnya, kulit cenderung menjadi kering, merekah, dan gatal.

Selain itu, sirkulasi darah yang buruk akibat diabetes juga berperan dalam memperburuk kondisi kulit.

Ketika sirkulasi darah tidak optimal, kulit tidak mendapatkan pasokan nutrisi dan oksigen yang memadai, sehingga proses regenerasi kulit terhambat dan menjadi lebih rentan terhadap iritasi dan infeksi.

Untuk mengelola dan mencegah gatal-gatal pada kulit akibat diabetes, menjaga kelembapan kulit adalah langkah utama yang sangat penting.

Menggunakan pelembap yang mengandung bahan-bahan seperti urea, gliserin, atau ceramide dapat membantu mengunci kelembapan dan memperbaiki lapisan pelindung kulit.

Aplikasikan pelembap secukupnya setiap kali setelah mandi dan saat kulit terasa kering.

Penting juga untuk memantau kadar gula darah secara teratur agar tetap dalam rentang yang dianjurkan oleh profesional kesehatan.

Mengontrol kadar gula darah dengan baik dapat membantu mencegah terjadinya komplikasi kulit lebih lanjut.

Selain itu, mengonsumsi cukup air setiap hari akan membantu menjaga tubuh terhidrasi, yang berdampak positif pada kondisi kulit.

Menghindari penggunaan sabun dan produk perawatan kulit yang keras juga penting dalam perawatan kulit penderita diabetes.

Pilih sabun yang berbasis bahan alami dan bebas dari pengharum yang kuat untuk mengurangi risiko iritasi.

Dengan langkah-langkah ini, penderita diabetes dapat mengelola dan meminimalkan gejala gatal-gatal pada kulit, menjaga kesehatan kulit, serta meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

Perubahan pada Warna Kulit

Diabetes dapat mempengaruhi berbagai aspek kesehatan kulit, salah satunya adalah perubahan pada warna kulit. Perubahan ini sering kali menjadi indikator awal yang perlu diwaspadai.

Salah satu perubahan yang paling umum adalah munculnya warna kulit yang menjadi lebih gelap atau violet di area lipatan kulit seperti leher, ketiak, dan selangkangan.

Kondisi ini dikenal sebagai acanthosis nigricans dan sering kali menjadi tanda bahwa tubuh mengalami resistensi insulin.

Kulit yang terpengaruh akan terasa tebal, lembut, dan tampak berpigmen lebih pekat. Perubahan warna pada kulit ini juga bisa disertai dengan rasa gatal atau tidak nyaman.

Penyebab utama dari perubahan warna kulit ini adalah ketidakseimbangan hormon dan metabolisme yang terjadi karena diabetes atau keadaan pra-diabetes.

Kadar insulin yang tinggi dalam tubuh dapat mendorong sel-sel kulit untuk memperbanyak diri lebih cepat daripada kondisi normal, menyebabkan penumpukan sel-sel kulit yang mengandung melanin, zat pigmen pada kulit. Akibatnya, area tertentu pada kulit akan tampak lebih gelap dan lebih tebal.

Untuk mengidentifikasi perubahan warna kulit ini, penting untuk memeriksa area kulit yang sering mengalami gesekan atau kelembapan tinggi.

Bila Anda menemukan perubahan pigmen kulit yang tidak biasa, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter untuk evaluasi lebih lanjut. Penanganan dini bisa membantu mencegah komplikasi yang lebih serius terkait diabetes.

Meskipun perubahan warna kulit ini bisa menjadi tanda awal diabetes, diagnosis pasti tetap memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dari tenaga medis profesional.

Tetaplah waspada terhadap perubahan-perubahan kecil pada kulit Anda sebagai langkah awal untuk memantau kesehatan dan mencegah masalah yang lebih besar.

Sensitivitas Terhadap Infeksi Jamur

Penderita diabetes dikenal memiliki kecenderungan lebih tinggi terhadap infeksi jamur, khususnya di area lipatan kulit seperti ketiak, selangkangan, dan bawah payudara.

Hal ini terjadi karena kombinasi beberapa faktor yang terkait dengan perubahan kadar gula darah, yang mempengaruhi fungsi sistem kekebalan tubuh dan kondisi kulit.

Ketika kadar gula darah tidak terkontrol dengan baik, gula akan diekskresikan melalui keringat, membuat kulit menjadi lingkungan yang lebih lembab dan kaya gula.

Kondisi ini merupakan habitat ideal bagi jamur untuk berkembang biak, khususnya Candida Albicans, yang dikenal sebagai jamur penyebab infeksi pada kulit.

Selain itu, kadar gula berlebih dalam darah juga berdampak pada sistem imun, membuat tubuh kurang efektif dalam melawan infeksi jamur dan bakteri.

Mekanisme lain yang mendukung peningkatan risiko adalah rendahnya kinerja leukosit (sel darah putih), yang disebabkan oleh kadar gula yang tinggi.

Leukosit adalah komponen penting dari sistem kekebalan tubuh yang bertanggung jawab untuk membunuh jamur dan patogen lainnya.

Penurunan efisiensi leukosit dalam menghadapi infeksi membuat penderita diabetes lebih mudah terkena infeksi, termasuk infeksi jamur.

Untuk meminimalkan risiko infeksi jamur, penting bagi penderita diabetes untuk menjaga kebersihan area lipatan kulit.

Salah satu langkah yang dapat diambil adalah mengeringkan kulit setelah mandi atau berkeringat, serta menggunakan bedak antijamur untuk menjaga kelembapan kulit tetap terkontrol.

Selain itu, kebersihan pakaian juga harus dijaga, seperti mengganti pakaian dalam dan handuk secara teratur.

Penting juga untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil dengan mengikuti diet seimbang dan rutin melakukan aktivitas fisik.

Mengurangi konsumsi gula dan karbohidrat sederhana dapat membantu mengurangi ekskresi gula melalui keringat, yang pada akhirnya membantu mengurangi risiko infeksi jamur.

Konsultasi dengan dokter untuk evaluasi dan perawatan yang tepat juga sangat dianjurkan guna mencegah dan mengatasi masalah ini secara efektif.

Share This Article